Tim terpadu penelitian situs Gunung Padang di Desa Karyamukti Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menemukan beberapa batu tegak atau menhir.
Diduga kuat, batu tegak itu merupakan petunjuk pintu masuk ke susunan bangunan situs Megalitikum Gunung Padang.
Diduga kuat, batu tegak itu merupakan petunjuk pintu masuk ke susunan bangunan situs Megalitikum Gunung Padang.
Koordinator Tim Arkeologi Gunung Padang Ali Akbar mengatakan, ditemukannya beberapa batu tegak di beberapa titik dengan jarak berbeda itu menjadi indikasi adanya pintu masuk ke Gunung Padang.
Penemuan batu tegak pertama ditemukan di tebing dengan kedalam sekitar 40 meter sejajar dengan teras ke tiga. Batu yang di sekelilingnya masih ditutupi belukar itu, diduga kuat merupakan pintu masuk menuju rongga di bagian perut situs.
Temuan ini diperkuat dengan ditemukannya dua batu tegak di bawahnya yang berjarak 50 meter dari lokasi dan sejajar dengan teras ke lima. Dua batu dengan tinggi lebih kurang satu meter lebih dan diameter sekitar 40 centimeter ini berdiri sejajar dengan jarak sekitar 2 meter.
"Ada garis yang sama di kedua batuan ini seperti batu bergaris di atasnya," kata Ali di situs Gunung Padang, Minggu (24/6).
Batu berdiri ini diperkirakan sebagai pintu masuk dengan susunan tangga yang berada di bawahnya. Penemuan anak tanga pada punden berundak yang lebih kecil sisi timur gunung padang diperkuat pula dengan temuan sumber mata air yang tidak jauh dari temuan ini.
Kita menemukan sumber mata air yang berjarak sekitar 200 meter ke bawah. Letaknya sejajar dengan tangga. Ini memperkuat bagian ini menjadi kesatuan dari struktur dan konstruksi Gunung Padang.
"Mata air mempertegas alur religi masyarakat purbakala terdahulu yang mengarah pada pemujaan di Gunung Padang,? tuturnya.
Ali menambahkan, tim arkeolog sebetulnya mempunyai target covering area. Artinya, saat ini pihaknya sedang membereskan terlebih dahulu penelitian lahan.
Secara teknis, kita bekerja menyurvei permukaan. Baru setelah covering area selesai, kita berbicara masalah kedalaman. Kita memang sangat sistematis. Semuanya dilakukan bertahap. Kita sudah diskusi dengan bupati karena ada indikasi situs Gunung Padang lebih besar 10 kali dari
Candi Borobudur.
"Kita belum bisa memastikan apakah penelitian ini akan memakan waktu sekitar 20 tahun seperti Candi Borobudur," tegasnya.
Koordinator Tim Geologi Danny Hilman mengatakan, berdasarkan hasil penelitian dan penggalian, ada beberapa bagian yang memang dianggap
mencurigakan. Maksudnya, penemuan itu menyimpan misteri yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
"Kita lakukan test sampling. Kedalaman baru mencapai 50-70 centimeter. Namun mentok karena ada bebatuan. Hal sama juga dilakukan tim arkeolog dengan melakukan test fit untuk mengetahui struktur di bawah. Namun baru melakukan penggalian beberapa centimeter,
terbentur pada batu besar," kata Danny.
Danny berkesimpulan, di bawah situs Gunung Padang terdapat struktur bangunan yang memiliki peradaban tinggi. Kemungkinan besar peradabannya
lebih tinggi dari desain piramida di Mesir. "Yang jelas, di Gunung Padang pernah ada peradaban tinggi," ujarnya.
Argumentasi Danny ini didasarkan pada umur lapisan di bawah situs atau sekitar 8 meter dari atas, diperkirakan berumur 11.000 sebelum masehi.
Sedangkan pada struktur di kedalaman 4 meter dari atas, diperkirakan memiliki umur 4.700 sebelum masehi. "Perkirakan ini didasarkan hasil lab di Batan terhadap karbon radiomatic yang ditemukan. Memang ada ruang hampa berdasarkan anomaly geolistrik," tuturnya.
Sumber : Media Indonesia