SIDANG Paripurna Istimewa menyambut Hari Jadi Ke-11 Kota Cimahi baru saja usai. Para pejabat unsur Musyawarah Pimpinan Daerah pun baru saja keluar dari ruang paripurna dan baru saja menginjakkan kaki di pendopo kantor dewan, Kamis (21/6) siang.
Namun puluhan mata para pejabat tertegun sejenak ke arah lapangan kantor dewan yang saat itu sedang panas-panasnya disapa terik matahari. Bukan karena panas mentari yang membuat mereka tertegun. Mereka melihat ada pemandangan mencolok yang saat itu sedang terjadi di tengah lapangan. Pemandangan itu adalah berupa atraksi yang dilakukan seseorang yang tidak pernah dilihat selama ini. Atraksi itu berupa perpaduan gerakan-gerakan pencak silat yang diselingi kemampuan mempergunakan senjata tajam berupa golok.
Yang cukup membuat banyak pasang mata keheranan adalah sosok pendemo atraksi itu tidak memiliki dua kaki sama sekali. Fisik orang yang sedang melakukan aksi gerakan pencak silat di tengah lapangan yang sangat panas dibakar sengatan matahari itu hanya tubuh kepala hingga pinggang saja. Kedua kakinya tidak ada.
Namun hebatnya, orang yang belakangan diketahui bernama Ade Anas itu mampu menunjukkan jurus-jurus silat secara mumpuni dengan gerakan-gerakan sempurna, seolah-olah dia memiliki kedua kaki yang menapak di tanah.
Pendekar dari perguruan Citra Domas itu mampu melakukan gerakan berputar, berbalik, menangkis, dan memukul dengan baik dan tangkas. Bahkan boleh dibilang sempurna, seolah dia sedang berhadapan dengan musuh sesungguhnya di depan matanya.
Tepuk tangan riuh pun menggema. Karena gerakan-gerakan silatnya sempurna dengan kondisi fisik tubuh seadanya, banyak pejabat bersimpati memberikan "kadeudeuh" untuk Ade.
Setelah melakukan atraksi jurus-jurus silat, Ade pun mendapat banyak ucapan selamat, tidak hanya dari para hadirin yang berada di pinggir lapangan, tapi juga dari para pejabat, termasuk Wali Kota Itoc Tochija.
Kepada Tribun, yang menghampirinya setelah ia menggelar atraksi, Ade Anas mengaku tidak ada rahasia khusus darinya untuk melakukan jurus-jurus silat yang sempurna. "Latihan yang tekun dan kerja keras," katanya membuka pembicaraan.
Menurut Ade, ketiadaan kedua kakinya tidak lantas membuat dirinya menjadi seorang yang patah semangat, apalagi putus asa. Sebaliknya, hal itu menjadi pemicu bagi dirinya untuk bisa berbuat yang terbaik yang bisa berguna bagi diri dan orang-orang di sekitarnya.
Adapun pilihan Ade memperdalam pencak silat adalah karena kecintaannya kepada budaya bangsa sendiri, selain tentu saja sebagai ilmu bela diri. Ade, yang kini berusia 35, mengaku baru mengenal pencak silat pada tahun 1990. Saat itu, anak kelima dari enam bersaudara pasangan Didi Heryadi dan Aah (almarhumah) ini menimba ilmu silat di Perguruan Silat Putera Gumelar di Cimareme, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.
Pada 1997, Ade menimba ilmu di Perguruan Citra Domas hingga akhirnya dia mengenal ilmu-ilmu yang lebih sulit seperti belajar alat (mempergunakan senjata tajam) hingga belajar tenaga dalam seperti kuat terhadap api, kebal senjata tajam, hingga mampu melakukan atraksi seperti debus, yakni memasukkan paku ke hidung dalam jumlah banyak.
Karena sudah begitu banyak ilmu dan jurus-jurus yang dimilikinya, warga RT 01/05 Kampung Rancabogo, Desa Cimareme Ngamprah, itu sempat mengenyam pengalaman manis, yakni mewakili daerahnya ke Jambore Pencak Silat Nasional di Cikeas pada 2009.
"Itu pengalaman paling berkesan saya selama ini, bisa mewakili daerah ke tingkat nasional. Saya bangga bahwa dengan kondisi tubuh seadanya, saya mampu membaktikan diri untuk tanah kelahiran saya dan orang-orang yang selama ini sudah berjasa membuat saya seperti ini," katanya.
Sumber : Tribun