Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Bio Farma (Persero) Bandung. Dengan maraknya kelompok anti-vaksin yang takut bersinggungan dengan babi, Bio Farma pun menjawab ketakutan tersebut.
Vaksinasi merupakan pemberian dalam jumlah kecil mikroba yang sudah di-inaktivasi atau dilemahkan kepada orang sehat dengan tujuan untuk merangsang tubuh orang tersebut membentuk antibodi (kekebalan) terhadap mikroba tersebut.
"Masyarakat tidak perlu takut dengan adanya isu bahan dasar vaksin adalah babi, karena itu tidak benar adanya. Vaksin terbukti dapat mencegah penyebaran penyakit menular dan berbahaya. Hal ini terbukti dengan musnahnya penyakit cacar api dari muka dunia dikarenakan keberhasilan program imunisasi cacar api pada tahun 1978," jelas dr Novilia Sjafri Bachtiar, M.Kes, Kepala Bagian Evaluasi Produk PT Bio Farma (Persero), saat dihubungi detikHealth, Rabu (20/6/2012).
Kementerian Kesehatan dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) pun saat ini terus melakukan sosialisasi ke berbagai daerah yang memiliki cakupan imunisasi yang masih rendah.
dr Novilia menegaskan tidak benar bahwa bahan dasar pembuatan vaksin hanya dari babi. Vaksin terdiri dari virus dan bakteri yang dilemahkan. Vaksin yang diedarkan kepada masyarakat pun sudah melalui proses yang ketat dari segi kualitas, efektifitas dan keamanan vaksin.
Di dalam negeri pengawasan dilakukan oleh badan POM dan untuk ekspor dilakukan penilaian kualitas dan mutu vaksin oleh World Health Organization (WHO).
"Perihal kehalalan vaksin dipertanyakan sejak tereksposnya penggunaan tripsin (enzim babi) pada vaksin polio. Untuk itu sudah ada fatwa MUI bahwa penggunaan vaksin OPV (Oral Polio Vaccine) maupun IPV (Inactivated Poliovirus Vaccines atau vaksin polio khusus) diperbolehkan, bisa dilihat pada website MUI," lanjut dr Novilia.
Pembuatan semua vaksin di Indonesia sendiri dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero). Kelima vaksin dasar lengkap yakni Hepatitis B, Imunisasi BCG, Polio, Imunisasi DPT, Imunisasi Campak juga dibuat Bio Farma dan sudah dibolehkan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dari pihak PT Bio Farma (Persero) sendiri menekankan ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi, yaitu:
1. Tripsin bukan bahan pembuat vaksin, tapi untuk harvest sel (panen) yang digunakan untuk media virus. Tripsin merupakan bahan untuk melepaskan sel dari tempat merekatnya virus pada media virus.
2. Tripsin kemudian dibuang dan ada proses pencucian, dan kemudian pelarutan dengan air dalam jumlah yang sangat besar.
3. Pada produk final tidak ditemukan unsur tripsin.
"Untuk vaksin lainnya kita tidak menggunakan tripsin seperti polio. Dengan demikian, bisa dijelaskan vaksin adalah suatu medikasi yang sifatnya urgent, bukan pilihan seperti makanan," tutup dr Novilia.
Sebagai informasi, sejak tahun 1997 sampai saat ini, PT Bio Farma pun telah mengekspor produknya ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam seperti Iran, Pakistan, Malaysia, Mesir dan negara lainnya seperti India, Thailand, Afrika Selatan dan lainnya.
Sumber : Detik Health