Kelompok kriminal atau yakuza terbesar di Jepang menerbitkan majalah bagi para anggotanya. Yang menarik, majalah ini juga berisi puisi serta cerita hobi memancing para gangster senior di Jepang tersebut.
Yamaguchi-gumi yang merupakan kelompok yakuza terbesar di Negeri Sakura menerbitkan dan mendistribusikan majalah dengan 8 halaman ini, hanya bagi anggotanya yang tercatat mencapai 27.700 orang. Menurut media setempat, Sankei Shimbun, penerbitan majalah ini dimaksudkan untuk memperkuat kesolidan antar anggota Yamaguchi-gumi.
Demikian seperti dilansir Asia One, Rabu (10/7/2013).
Halaman depan majalah yang diberi nama 'Yamaguchi-gumi Shinpo' ini menampilkan bos Yamaguchi-gumi, Kenichi Shinoda. Dalam terbitan majalah ini, Shinoda menginstruksikan kepada para anggota muda soal disiplin dan nilai-nilai yang harus tetap mereka pegang sebagai anggota kelompok yakuza.
Shinoda yang juga dikenal sebagai Shinobu Tsukasa ini menuliskan bahwa sekarang ini merupakan masa sulit bagi mafia Jepang. Shinoda menekankan, kini mereka tidak bisa lagi hanya mengandalkan 'brand' atau nama kelompok mereka untuk mendapat keuntungan dari operasi yang mereka lakukan.
Selain berisi instruksi dan pesan dari bos mereka, majalah ini juga memiliki halaman hiburan. Halaman ini berisikan kisah detail para yakuza senior saat melakukan hobi mereka, yakni memancing. Terdapat juga 'haiku' satir, atau semacam puisi tradisional Jepang dan menampilkan permainan strategi khas Jepang, Go dan Shogi.
"Mereka mungkin merasa bahwa saat ini semakin susah menjalankan aktivitas mereka di bawah adanya hukum anti-mafia yang melarang mereka membuka rekening di bank dan menandatangani kontrak real estate," ujar seorang sumber kepolisian Jepang menanggapi penerbitan majalah ini.
Menurut data kepolisian Jepang, jumlah yakuza mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2012, tercatat jumlah yakuza di Jepang ada 63.200 orang. Jumlah ini menurun sekitar 7.100 orang dalam waktu satu tahun.
Yamaguchi-gumi yang merupakan kelompok yakuza terbesar bertanggung jawab atas 40 persen tindak kejahatan terorganisir yang terjadi di Jepang. Namun pada tahun 2012, dilaporkan kelompok ini kehilangan sekitar 3.300 anggotanya. (Detik)
0 Comments