••••Selamat Datang di Info Kita Saja Blog••••
Terbaru Hari Ini
print this page
Postingan Baru
Tampilkan postingan dengan label Tragedi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tragedi. Tampilkan semua postingan

Dugaan Baru Penyebab Kecelakaan Ustadz Jeffry Al Buchori

Ternyata almarhum Ustadz Jeffry Al Buchori mengalami kecelakaan tunggal yang menewaskan dirinya pada Jumat (26/4/2013) di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan, bukan karena mengantuk, bukan karena menabrak pohon palem dan bukan pula tancap gas terlalu kencang.

Dugaan Baru Penyebab Kecelakaan Ustadz Jeffry Al Buchori

Itu cuma sebagai akibat dan bukan penyebab.

Dugaan baru menyebutkan, Ustadz Gaul tersebut meninggal mendadak dalam keadaan menyetir motor gede (moge) Kawasaki ER-6n bernopol B 3590 SGQ. Faktor meninggal mendadak itulah yang membuat kendali setir motornyanya oleng, sampai akhirnya menabrak pembatas pinggir jalan hingga berujung tabrakan ke pohon palem.


Pendek kata, Ustad Jeffry sudah dalam kondisi dijemput sakaratul maut sebelum sepeda motornya oleng dan menabrak pohon palem.

“Dugaan saya, Ustadz Jeffry sudah lebih dahulu meninggal dunia di atas kendaraannya sehingga kendaraan tak terkendali dan menabrak pohon palem,” kata Lukman Azis Kurniawan, sahabat Uje yang juga sesama jamaah pengajian Orbit kepada Tribunnews.com, Senin (29/4/2013).

Lukman mendasarkan dugaannya itu pada beberapa alasan berikut ini:

- Tidak ada tanda-tanda upaya pengereman oleh pengemudi.


Lukman bertutur, tiap orang yang mengalami sakratul maut biasanya tubuhnya mengejan. “Nah saat mengejan itu gas ketarik tangan, lalu menabrak pohon,” kata Lukman.

“Apalagi di lokasi tak ada tanda upaya pengereman sebagai upaya antisipasi pengendara yang lazimnya kaget menghindari tabrakan,” sambungnya.

- Kecil Kemungkinan Uje dalam Kondisi Mengantuk

Dugaan Uje mengantuk juga disebut sebagai kemungkinan kecil. Karena sang adik, Fajar Sidik, menuturkan kalau almarhum sudah beristirahat di Kemang, Jakarta Selatan. Apalagi saat istirahat Ujeminum kopi yang dikenal penangkal ngantuk.

“Bila beliau mengantuk, kondisi gas stabil atau mengendur. Tidak menabrak sangat kencang seperti dibenarkan polisi,” tutur Lukman.

- Tidak Mungkin Ngebut

Lukman juga meyakini almarhum Uje tidak mungkin dalam kondisi mengebut sebelum kecelakaan terjadi.

Sebab, Uje sudah dua kali hampir jatuh di kawasan Radio Dalam sebelum akhirnya benar-benar mengalami kecelakaan di Pondok Indah.

“Pengalaman sebelumnya dua kali hampir terjatuh di kawasan Radio Dalam lazimnya semakin membuat Uje makin pelan memacu sepeda motornya,” tutur mantan wartawan yang kini jadi kolektor puluhan miniatur mobil berbagai merek itu.

Lukman mendasarkan keyakinan Uje tidak dalam kondisi ngebut itu berdasar kesaksian penyanyi Agus Idward (personel grup nasyid Snada) yang ikut dalam konvoi motor bersama Uje dari Kemang ke Pondok Indah.

Agus Idward kepada Lukman bertutur, Uje malam itu menempuh perjalanan 1,5 jam dari Kemang ke Pondok Indah. Ini waktu tempuh yang relatif lama, apalagi jarak Kemang dan Pondok Indah terbilang tidak terlalu jauh ditambah kondisi perjalanan lepas tengah malam yang kecil kemungkinan terjebak macet.

“Dugaan kuat saya, beliau memacu kendaraan justru pelan, tapi karena meninggal mendadak di atas sepeda motor, tubuhnya mengejan dan gasnya otomatis tertarik. Itu yang membuat tabrakan amat kencang ke pohon palem,” tuturnya, seolah berhipotesa.

Mengenai adanya rerumputan yang terkoyak di taman dekat pohon palem, Lukman melihatnya itu bukan sebagai tanda upaya pengereman.

Kalau memang Uje sudah meninggal sebelum menabrak pohon palem, lantas mengapa almarhum dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah? Mengapa tidak langsung diotopsi di Rumah Sakit Fatmawati?

“Karena waktu itu Agus Idward juga belum yakin apakah kondisi Ujesudah meninggal atau masih bisa ditolong,” tutur Lukman.

Lukman merasa perlu melontarkan dugaan baru penyebab kecelakaan Ustad Jeffry itu karena ia terusik dengan santernya spekulasi yang menyebut almarhum mengantuk dan ngebut mengemudi sepeda motornya. “Rasa-rasanya tidak mungkin,” imbuhnya.

Apakah ustad yang berduet dengan Pasha Ungu itu mengalami serangan jantung yang membuatnya meninggal mendadak? “Nah, kalau itu saya tak berani ambil kesimpulan, karena saya bukan ahli medis,” tuturnya.

Lukman adalah sesama jamaah Pengajian Orbit. Ini adalah pengajian yang beranggotakan kumpulan lintas profesi, mulai dari wartawan, artis, pengusaha, anggota DPR, budayawan hingga cendekiawan muslim.

Pengajian Orbit digelar di kediaman Prof Dr Din Syamsuddin Kamis malam (dua kali sebulan) di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Sumber: dakwatuna
0 komentar

Pelari Indonesia Selamat dari Ledakan di Marathon Boston

Menurut data yang diperoleh dari Boston Athletic Association terdapat dua warga Indonesia yang mengikuti ajang tahunan marathon Boston yang berakhir dengan ledakan bom. Ledakan di dekat garis finish lomba marathon di Boston telah menewaskan sedikitnya dua orang dan setidaknya 71 orang luka-luka.

Pelari Indonesia Selamat dari Ledakan di Marathon Boston
foto : kompas

Dari data Boston Athletic Association itu yang dikutip VOA Indonesia, dua warga Indonesia yang mengikuti marathon tahunan itu adalah Wati Hlusak dari Minnesotta dan Direktur Utama Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Jerry Ng, yang khusus datang dari Indonesia. Berikut wawancara VOA dengan Jerry Ng.


VOA: Menurut daftar di Boston Marathon, Anda adalah salah satu pelari dari Indonesia. Bagaimana kejadiannya dan di mana Anda berada ketika ledakan terjadi?

Jerry Ng: Saya berada kira-kira 1 km dari garis finish. Tiba-tiba kita diberhentikan. I didn’t even manage to get into the finishing line.

VOA: Waktu kejadian berlangsung apa yang dilakukan panitia pada saat itu?

Jerry: Saya rasa masih agak bingung, ya, soalnya informasinya juga masih agak simpang siur, jadi mereka hanya mengatakan bahwa terjadi insiden di garis finish dan oleh karena itu para pelari harus berhenti.Itu saja. And then they asked everybody else to wait for further information.

VOA: Apakah Anda mendengar ledakan tersebut?

Jerry: Saya tidak. Karena mungkin masih berjarak 1 kilometer.

VOA: Apa yang ada di benak Anda pada waktu marathon ini dihentikan?

Jerry: Kebetulan isteri saya dengan teman juga menonton di garis finish, jadi saya ingin tahun apakah mereka baik-baik saja. Saya mencoba menelepon dengan meminjam dari orang sekitar, tapi jaringan sibuk sehingga saya tidak berhasil menghubungi. So I just walked back.

VOA: Bagaimana keadaan isteri Anda?

Jerry: She’s fine. Everybody’s fine.

VOA: Waktu ledakan terjadi, di mana isteri Anda?

Jerry: Saya tidak tahu persis, tapi mereka jalan kembali ke hotel.

VOA: Lalu bagaimana keadaan kota Boston saat ini?

Jerry: Saya tidak tahu, karena saya kembali ke hotel

VOA: Ada ketakutan untuk keluar karena situasi New York, DC, San Francisco, dan Boston pengamanannya diketatkan?

Jerry: Saya rasa begitu. But life goes on. We cannot live under fear. Anything can happen anyway.

VOA: Bagaimana persiapan Anda dalam melakukan marathon ini?

Jerry: Karena kebetulan sudah biasa lari marathon, jadi persiapannya seperti biasa saja.

VOA: Sudah berapa kali Anda mengikuti marathon sebesar ini?

Jerry: Mungkin 18 atau hampir 20. Pernah di New York, pernah di Berlin, pernah di Stockholm, pernah di Tokyo, di Gold Coast, di Singapura. Do Boston ini, baru untuk pertama kali.

VOA: Kabarnya Anda mengikuti marathon ini untuk misi sosial?

Jerry: Betul. "Dream Big" itu adalah suatu yayasan amal yang membantu remaja yang kurang mampu. Jadi saya ikut menggalang dana untuk kegiatan amal tersebut dengan berlari dalam marathon ini. 


Sumber : KOmpas
0 komentar

Musibah Lion Air, Akibat Microburst-kah?

Musibah terhempasnya B737-800NG Lion Air, Sabtu (13/4) sore, di perairan tak jauh dari ujung landasan 09 Bandara Ngurah Rai, Bali, mengundang tanda-tanya. Pasalnya, pesawat masih terbilang baru dan secara teknis sangat laik terbang. Pilot juga disebutkan sehat dan layak menerbangkan pesawat. Lalu, bagaimana dengan keadaaan cuaca menjelang pendaratan? Banyak saksi menyebutkan, cuaca saat itu tengah mendung dan langit gelap. Apakah akibat cuaca buruk?

Musibah Lion Air, Akibat Microburst-kah?
Ilustrasi Microburst
Tanpa maksud mempengaruhi investigasi kecelakaan yang tengah dilakukan KNKT, Angkasa mencatat sejumlah kecelakaan dengan indikasi cuaca hampir serupa. Di antaranya adalah jatuhnya B737-200 milik maskapai penerbangan Pakistan pada April 2012 di Bandara Islamabad, Pakistan; DC-9 USAir, Juli 1994, di Bandara Charlotte, AS; L-1011 Delta Air Lines, Agustus 1985 di Bandara Forth Worth, Dallas, AS. Kecelakaan-kecelakaan ini, telah disimpulkan, terjadi akibat fenomena cuaca ekstrem yang dikenal dengan microburst. Tanda-tanda cuaca yang biasa menyertai biasanya adalah: mendung atau berawan, serta hujan tapi tidak deras.

Microburst adalah angin kecepatan tinggi yang turun (downdraft) dari bawah awan kumulus yang berpotensi hujan. Sayangnya, angin kecepatan tinggi ini tak kasat mata, sehingga tak mudah bagi penerbang untuk mengidentifikasi awan mana yang berpotensi menimbulkan microburst. Ketika penelitian tentang microburst ini dilakukan di AS pada 1990-an, fenomena alam ini juga diakui sulit untuk diditeksi karena tak semua awan kumulus bisa menimbulkan microburst. Kalau pun terjadi, downdraft yang ditimbulkan biasanya terjadi dalam waktu singkat dan di areal yang amat terbatas. Secara teknis, hanya peralatan seperti laser-lah yang mampu mendeteksinya.

Microburst bisa menimbulkan angin turun dengan kecepatan lebih dari 100 mill per jam, sehingga bisa menimbulkan kecelakaan fatal bagi pesawat-pesawat yang dihempasnya. Kejadian alam ini uniknya sering menghadang pesawat-pesawat yang tengah bersiap mendarat. Musibah jatuhnya C-4 milik meskapai penerbangan Inggris pada 24 Juni 1956 di Bandara Kano dan B727 PanAm pada 9 Juli 1982 di Bandara New Orleans telah dipastikan (the most-probable cause) oleh otoritas penerbangan AS sebagai akibat dari hempasan microburst. Hingga kini, asal-muasal microburst sendiri masih terus didalami oleh para pakar meteorologi.

Terkait kecelakaan-kecelakaan tersebut, pakar cuaca penerbangan yang dilibatkan dalam penyelidikan, menyebutkan microburst yang “jatuh” di ujung landasan adalah yang paling berbahaya. Angin tolakannya bisa ditafsirkan pilot (yang sedang berupaya mendarat) sebagai headwind yang keras. Pilot yang belum punya pengalaman menghadapi microburst biasanya akan merespon dengan menurunkan kecepatan pesawat. Namun, respon ini justru akan berbuah petaka karena angin tersebut akan berbelok dari arah belakang pesawat (tailwind) yang selanjutnya membuat gaya angkat di sayap utama menurun drastis. Nah, pada saat itu lah, ketika posisinya masuk di bawah jalur downdraft, pesawat dengan sendirinya akan dihempas ke bawah. (Lihat ilustrasi)

Kejadian seperti ini juga mengingatkan publik di wilayah Halim Perdanakusuma, Jakarta, akan musibah pesawat tempur F-16 TNI AU pada tahun 1990-an Pesawat ini jatuh terhempas di ujung landasan ketika sedang berusaha mendarat, menewaskan seorang penerbangnya, Dwi Sasongko. Pada saat itu langit di sekitar wilayah itu juga diketahui sedang berawan tebal dan hujan rintik-rintik.  Apakah kecelakaan B737-800NG juga disebabkan oleh microburst? Kita tunggu saja dulu hasil penyelidikan dari tim KNKT. 

Sumber : Angkasa
0 komentar

6 Keganjilan kecelakaan Lion Air di Bali

Hingga kini penyebab pesawat Lion Air mendarat di laut dekat Bandara Ngurah Rai Bali belum diketahui secara pasti. Pihak Lion Air juga belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat yang mengangkut 101 penumpang itu.

6 Keganjilan kecelakaan Lion Air di Bali

Penyelidikan penyebab jatuh pesawat Lion Air Boeing 737 800 NG tersebut akan dilakukan oleh KNKT. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.

Namun hingga kini publik masih bertanya-tanya mengenai penyebab kecelakaan tersebut. Ada dugaan penyebab kecelakaan karena roda pesawat tidak bisa keluar saat akan landing sehingga pilot memutuskan melakukan pendaratan di laut. Namun dugaan ini pun masih sangat sumir.


Kecelakaan pesawat itu pun hingga kini masih menimbulkan tanda tanya besar. Berikut enam keganjilan kecelakaan Lion Air tersebut:

1. Pesawat yang jatuh masih gres

Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 904 mendarat di laut dekat Bandara Ngurah Rai Bali sekitar pukul 15.00 WITA. Hingga kini penyebab kecelakaan tersebut masih belum diketahui.

Menurut Pihak Lion Air, pesawat yang jatuh tersebut masih baru. Pesawat Boeing 737 800 NG itu baru dua minggu digunakan oleh Lion.

"Ini adalah pesawat baru, bukan bekas. Pesawat ini kami terima langsung dari pabriknya, yaitu Boeing Company di Amerika Serikat (AS) pada bulan Maret 2013," kata Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Lion Air, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4).

Setelah diterima Lion Air, pesawat tersebut segera di operasikan pada 28 Maret 2013 lalu. Pesawat itu dibeli dengan kisaran harga USD 80 juta hingga USD 90 juta.

"Jadi, kalau dihitung-hitung lagi, pesawat itu baru beroperasi selama kurang lebih dua minggu. Pesawat itu memiliki kapasitas 180 penumpang. Setelah pesawat sampai di sini, kami lakukan cek ulang secara keseluruhan sebelum benar-benar dioperasikan," ujar Edward.


2. Pilot sehat dan mahir

Faktor kecelakaan selain karena pesawat bisa karena faktor manusia. Salah satu yang paling berperan dalam kasus jatuhnya pesawat tentu adalah kondisi sang pilot. Lalu bagaimana dengan pilot Lion Air?

"Pilot kondisinya sehat. Sebelum terbang juga sehat," ujar Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Lion Air, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4).

Edward menambahkan standar operasional seorang pilot maksimal lima kali melakukan penerbangan. M Gazali sendiri pada hari ini baru melakukan beberapa penerbangan.

"Dia baru terbang tiga kali landing hari ini. Dia juga sudah mengantongi lebih dari 10 ribu jam terbang," katanya.


3. Cuaca di Bandara Ngurah Rai baik

Cuaca kerap dituding menjadi penyebab kecelakaan pesawat. Saat Lion Air mendarat di laut, kondisi di Bandara Ngurah Rai memang mendung dan gerimis. Namun hal ini tetap dianggap baik dalam dunia penerbangan.

"Dalam dunia penerbangan, kondisi di Ngurah Rai saat pesawat itu jatuh tergolong baik. Karena kalau buruk pasti sudah ditutup oleh pihak ATC atau bandara sehingga tidak ada pesawat yang masuk," ujar pengamat penerbangan, Alvin Lie kepada merdeka.com, Sabtu (13/4).

Lalu apa penyebab Lion Air mendarat di laut? Hingga kini masih belum ada jawaban pasti.


4. Pilot tak umumkan pesawat akan landing

Setiap pesawat akan landing, pilot biasanya mengumumkan kepada penumpang. Penumpang diminta untuk memasang sabuk pengaman karena pesawat akan segera mendarat.

Namun salah seorang penumpang Lion Air, Rusmaya Laksmi Wardani (53) menyebut dalam peristiwa itu, pilot tidak mengumumkan hal itu.

"Jadi pada saat sebelum kecelakaan kami semua tidak mendapat informasi bahwa pesawat tiba-tiba akan landing," kisah Rusmaya kepada merdeka.com, Sabtu (13/4).

"Tau-taunya ada suara brakk dan ternyata sudah di tengah laut. Saya berusaha menyelamatkan diri dengan luka di bibir yang berdarah, akhirnya saya juga sempat mencari pertolongan tapi tim SAR dengan sigap membantu," ucapnya.


5. Pilot tak berkomunikasi dengan ATC

Sebelum pesawat Lion Air mendarat di laut, sang pilot tidak memberikan informasi kepada pihak Air Traffic Controller (ATC) Bandara Ngurah Rai Bali. Tiba-tiba pesawat nahas itu mendarat di laut dekat bandara.

"Tidak ada informasi yang diterima bahwa pesawat akan mengalami crash. Tiba-tiba saja pesawat itu mendarat di laut," ujar petugas ATC Bandara Ngurah Rai, Bali, Tri Basuki dalam jumpa pers, Sabtu (13/4).

Karena tidak ada informasi inilah pihak ATC tidak bisa memastikan penyebab pesawat dengan nomor penerbangan JT 904 itu jatuh.


6. Ban tidak terbuka

Salah satu indikasi pesawat Lion Air mendarat di laut karena ban tidak bisa terbuka saat akan landing. Karena hal itulah pilot kemudian mendaratkan pesawat di laut untuk menghindari kecelakaan yang lebih fatal.

Namun pihak Lion Air sendiri enggan menjawab spekulasi ini. "Itu bukan kewenangan kami untuk menjawabnya. Nanti ada KNKT yang bisa menjawabnya," ujar Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Lion Air, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4).


Sumber : Merdeka
0 komentar

5 Kisah sukses kota dunia atasi banjir

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah itu barangkali tidak berlaku bagi penanganan masalah banjir.

5 Kisah sukses kota dunia atasi banjir
 
Peristiwa terendamnya sebagian besar wilayah Ibu Kota Jakarta pekan lalu membuat sejumlah kalangan menekankan pentingnya kita belajar dari pengalaman negara lain dalam mengatasi banjir.

Sejumlah kota di dunia sudah banyak yang mengalami permasalahan banjir seperti Jakarta saat ini. Kota-kota yang berhasil mengatasi banjir tentu patut dicontoh dan dipelajari.

Bagaimana kisah dan cara kota-kota di dunia mengatasi banjir. Simak ulasannya berikut ini.


1. Curitiba (Brasil)

Brasil adalah negara dengan populasi perkotaan terbesar no.4 di dunia setelah China, India, dan AS. Penduduk Brasil tumbuh 1,8% setiap tahun antara tahun 2005 dan 2010. Namun di kota Curitiba, ibu kota negara bagian Parana, Brasil, tantangan ini berhasil diatasi dalam beberapa dekade terakhir dengan menggunakan sistem yang inovatif sehingga Curitiba menjadi inspirasi kota-kota lain di negara itu bahkan di dunia.

Curitiba memakai pola pembangunan 'radial segaris-bercabang' (radial linear-branching pattern) yang melalui kombinasi pengaturan zona lahan dan infrastruktur transportasi publik berupaya mengalihkan lalu lintas dari pusat kota dan membangun perumahan, pusat layananan dan industri dalam lokasi sumbu radial.

Curitiba berhasil mengatasi masalah banjir dengan mengubah area yang rawan menjadi taman dan menciptakan danau buatan untuk menampung banjir.

Biaya yang dibutuhkan untuk strategi ini -termasuk untuk merelokasi wilayah pemukiman kumuh- diperkirakan lima kali lebih rendah dibanding ketika kota harus membangun saluran kanal banjir. Efek positif lain yang patut diperhitungkan; nilai properti dan penerimaan pajak di wilayah ini juga terus naik.

Curitiba adalah contoh sebuah kota yang dengan perencanaannya yang cerdas berhasil menghindari kerugian sosial, ekonomi dan lingkungan akibat pertumbuhan ekonomi, sekaligus berhasil meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas hidup penduduknya.


2. Tokyo (Jepang)

Bagaimana cara Tokyo atasi banjir? Kehidupan Tokyo ditopang dari bawah tanah. Saking banyaknya terowongan bawah tanah yang terintegrasi membuat kehidupan bawah tanah Tokyo sangat kompleks. Terdapat drainase kota, pengendali banjir, subway, underground highway, pipa air minum dan gas, dan lain-lain. Semuanya saling terintegrasi dengan perencanaan yang luar biasa matang.

Terowongan Deep Tunnel Tokyo utamanya didesain dan dibuat untuk mengatasi banjir, terutama pada musim hujan dan musim badai topan.
(Jepang adalah Negara subtropik kepulauan dengan bahaya badai topan)

Musim hujan di Jepang jatuh pada bulan Juni, dalam masa pancaroba sebelum musim panas, terkadang hujan turun 4-5 hari tanpa henti, mencurahkan jutaan gallon air yang harus sanggup ditampung oleh Deep Tunnel tersebut. Apalagi kalau dilanda badai topan, jumlah air dalam 1 hari sama dengan curah hujan 2 bulan.

Proses desain dan pembuatan Tokyo Deep Tunnel membutuhkan waktu 19 tahun dan menyedot banyak kas uang APBD Tokyo. Bayangkan 19 Tahun, dan itu dilaksanakan dengan penuh komitmen.

Awal pengerjaan dimulai dengan desain yang melibatkan banyak pakar, dari tata kota, geologis, ekonomi, sosial, dari berbagai elemen. Mulai dari struktur tanah, harus tahan gempa, kekuatan menahan derasnya jutaan galon air, efek pendanaan terhadap perekonomian, efek sosial yang terjadi, dan seterusnya.

Perencanaan yang matang dengan eksekusi yang penuh tanggung jawab membuat proyek 19 tahun ini sukses.


3. Kuala Lumpur (Malaysia)

Pembangunan yang pesat di Kuala Lumpur dan menurunnya kapasitas sungai yaitu Sungai Klang untuk menyerap air, kota besar seperti Kuala Lumpur, Malaysia, tak terlepas juga dari masalah banjir.

Untuk mengatasi banjir tersebut, maka Kuala Lumpur membuat proyek pengendalian banjir yang disebut Stormwater Management and Road Tunnel (SMART). Proyek ini dibiayai oleh Kerajaan Malaysia dan pengerjaan sepenuhnya dilaksanakan oleh pihak swasta.

Proyek ini melibatkan berbagai instansi di Malaysia seperti Jabatan Pengairan dan Saliran Malaysia, serta Lembaga Lebuhraya Malaysia. Tujuan proyek ini bukan hanya untuk pengendalian banjir di Kuala Lumpur, tapi juga mengatasi kemacetan di pintu masuk Kuala Lumpur dari arah selatan Sungai Besi.

Lingkup proyek SMART ini mencakup pembuatan terowongan (bypass tunnel) sepanjang kira-kira 9,7 km, pembuatan kolam-kolam penampung air, pembuatan twin box culvert outlet structure dan lain sebagainya. Dari kajian yang dilakukan, kolam-kolam penampung dan terowongan ini akan mampu menampung air banjir sebanyak 3 juta meter kubik.


4. Rotterdam (Belanda)

Selama ribuan tahun -tanah Belanda yang sebagian besar lebih rendah dari permukaan laut- membuat bangsa Belanda selalu mencari cara untuk mengatasi banjir dari laut utara yang ganas yang sewaktu-waktu dapat memporakporandakan negeri itu.

Pembangunan benteng-benteng pertahanan dari banjir, adalah dengan membuat bendungan-bendungan dan tanggul-tanggul dengan sistem buka tutup yang kompleks. Satu hal memicu penemuan hal lainnya, setelah ditemukannya pompa sistem hidrolik dengan menggunakan kincir angin untuk mengeringkan air laut.

Sebagai kota dengan memiliki pelabuhan terbesar di Belanda, Kota Rotterdam mampu menangani banjir yang selama ini menggenangi kawasan industri dan pusat kota, telah mengubahnya menjadi kota yang indah.

Penerapan teknologi guna mengatasi problem banjir di Rotterdam, menggunakan sistim buka tutup pintu bendungan yang bergerak otomatis di saat air laut pasang maupun surut.

5. Bangkok (Thailand)

Selain berhasil menekan kemacetan dengan pengembangan kereta bawah tanah, Bangkok, Ibu kota Thailand, juga telah lama berhasil mengendalikan banjir. Bangkok telah berpengalaman puluhan tahun dalam menghadapi banjir yang menimpa daerahnya. Warganya tidak lagi perlu takut akan akan adanya banjir parah, karena ibu kota Thailand ini mempunyai sistem yang disebut pipi monyet.

Pipi monyet adalah sistem penampungan yang terdiri dari 21 wadah penampungan air hujan. Penampungan ini dapat menampung air hujan yang berlebih hingga 30 juta kubik. Lalu pada musim panas, air ini dapat digunakan untuk keperluan konsumsi warga Bangkok, termasuk di antaranya air minum dan air keran.

“Nama ini terinspirasi dari monyet yang biasanya makan berlebih. Kelebihan makanan ini disimpan di pipinya, sehingga pipinya menggembung. Ketika nanti dia merasa lapar, dia akan memakan makanan di pipinya tersebut.

Sebenarnya Bangkok yang terletak satu meter di bawah permukaan laut rawan terkena banjir. Ditambah lagi jika terjadi hujan lebat, gelombang tinggi dari Sungai Chao Praya akan meluap hingga ke pusat kota.

Bangkok juga memiliki tanggul sepanjang 72 kilometer dan saluran air sepanjang 75 kilometer untuk mengalirkan air yang meluap dari sungai Chao Phraya. Sistem pengendalian banjir ini mulai dikembangkan oleh Bangkok setelah kota ini didera banjir parah 27 tahun lalu. Kala itu Bangkok tenggelam selama hampir tiga bulan.


Sumber : Merdeka

0 komentar
 
Support : Creating Website | T. Raflie Robi Sonata |
Copyright © 2013. Info Kita Saja - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Obyz Pharmacist
Proudly powered by Blogger