••••Selamat Datang di Info Kita Saja Blog••••
Terbaru Hari Ini
print this page
Postingan Baru
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Diam - diam SBY Pikirkan Pemindahan Ibu Kota Negara Keluar Jakarta

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku sempat mempertimbangkan usulan atau pemikiran untuk memindahkan Ibu Kota dari Jakarta. Terlebih, berbagai wacana tersebut sudah bermunculan di berbagai media dan menjadi pokok bahasan dalam setiap diskusi.

Diam - diam SBY Pikirkan Pemindahan Ibu Kota Negara Keluar Jakarta

"Empat hingga lima tahun lalu diam-diam saya memikirkan sudah saatnya Indonesia membangun pusat pemerintahan yang baru di luar Jakarta. Waktu itu bermunculan debat dan wacana," kata SBY dalam keterangan pers di sela-sela kunjungan kerja di St. Petersburg, Rusia, Sabtu (7/9), seperti dilansir Antara.

Meski sudah menjadi berbagai perdebatan, SBY memilih diam dan tidak banyak bicara. Namun, secara diam-diam ia membentuk tim kecil untuk mempelajari wacana tersebut.


"Saya memilih diam dan kemudian membentuk tim kecil untuk pikirkan pemindahan ibu kota. Biar pusat ekonomi perdagangan di Jakarta dan goverment centre di tempat lain," lanjutnya.

Pemikirannya itu tak lepas dari pengalaman beberapa negara lain yang berhasil memindahkan ibu kotanya, Malaysia, Australia, Turki dan Kazakhstan. Ia menilai, ada nilai lebih yang dapat dipetik, antara lain tata kota yang lebih baik dan juga hal-hal lainnya dapat membentuk citra positif Indonesia.

Meski begitu, SBY kembali mengingatkan agar Jakarta terus dibenahi dan dikembangkan menjadi pusat bisnis, perdagangan, jasa dan pariwisata. Dengan demikian, Jakarta tetap berkembang menjadi kota yang lebih maju dan menarik.

"Kita sama-sama menyaksikan ibu kota Astana (Kazakhstan-red), yang sangat khas, gedungnya ikonik dengan arsitektur yang luar biasa. Kota yang teratur dengan desain yang bagus," paparnya.

Pilihannya memilih diam dan tidak mengumumkan pembentukan tim kecil itu dilakukan demi menghindari perdebatan publik. Padahal belum didiskusikan dan dipandang lebih luas.

"Saya memilih diam, karena biasanya apapun muncul ide baru langsung didebat dan disalahkan. Sebaliknya, kalau bilang tidak perlu pindah, juga didebat," kata Presiden.

Menurutnya, pembenahan sudah sulit dilakukan bila pusat pemerintahan tetap di Jakarta. Dia meyakini, proses itu bisa dijalani pada pemerintahan berikutnya dengan kemampuan anggaran yang lebih tepat.

Apalagi, pemindahan pusat pemerintahan tidak hanya memakan biaya yang cukup tinggi, tapi juga memerlukan biaya politik. Meski demikian hal itu bisa dilakukan bila memang kebutuhannya sudah mendesak dan didasari kepentingan bangsa dan negara.

"Saya berpikir tugas presiden berikutnya, bila secara ekonomi kita sudah kuat dan tidak ada solusi yang baik untuk Jakarta, maka tidak keliru kita pikirkan tempat yang bisa bangun pusat pemerintahan baru," paparnya.

Rencana atau pemikiran pemindahan pusat pemerintahan telah ada sejak zaman Belanda. Pemerintah Hindia Belanda memiliki rencana pemindahan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung. Sementara pada zaman pemerintahan Presiden Soekarno, Palangkaraya telah disiapkan untuk menjadi ibu kota menggantikan Jakarta dan terakhir di masa pemerintahan Presiden Soeharto, kawasan Jonggol direncanakan sebagai pusat pemerintahan. (Merdeka)
0 komentar

4 Cerita Tuah Bung Karno Di Timur Tengah

Tidak hanya di dalam negeri, nama Soekarno begitu harum di luar negeri. Presiden pertama Indonesia begitu dikagumi dan disegani.

Bung Karno adalah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia. Perjuangan yang begitu gigih untuk memerdekakan bangsa Indonesia ternyata menjadi inspirasi orang-orang di seluruh dunia.


4 Cerita Tuah Bung Karno Di Timur Tengah

Meski sudah lama meninggal, nama Bung Karno masih begitu harum. Semua orang mengagumi. Saking hebatnya, nama Bung Karno masih bertuah, bahkan sampai di luar negeri.

Sudah banyak cerita orang-orang mancanegara begitu mengagumi sosok Bung Karno. Berikut beberapa cerita orang yang mengagumi Bung Karno:


1. Wali kota tercantik kagumi Bung Karno

Bashaer Othman pernah mengunjungi Indonesia beberapa waktu yang lalu. Kedatangannya ke Indonesia menjadi perhatian banyak pihak karena ia menjadi wali kota termuda di dunia di usia 15 tahun.



Ia adalah wali kota Allar, Tulkarm, Tepi Barat, Palestina. Di tengah banyak orang mengagumi dirinya, Bashaer Othman justru mengaku bisa menjadi orang hebat karena tokoh idolanya. Tokoh itu adalah Bung Karno. Ya, Bashaer rupanya mengidolakan Bung Karno.

"Saya sangat terinspirasi oleh Soekarno. Alasannya karena Bung Karno yang pertama kali menyuarakan Palestina adalah negara berdaulat," kata Bashaer.

Ia juga mengaku, tidak hanya dirinya yang mengagumi Soekarno. Banyak pemuda di Palestina juga mengagumi Soekarno.


2. Orang Indonesia diistimewakan di masjid Imam Bukhari

Cerita ini diungkapkan oleh Al Arthur Muchtar alias Bucek Depp saat menjadi bagian dari Tim Ekspedisi Fastron-Metro TV yang mengelilingi negara-negara Asia dan Eropa di acara Kick Andy.

Bucek menceritakan, saat itu rombongannya tiba di Desa Khartank, Samarkand, Uzbekistan. Rombongan tiba di kota itu pada malam hari.

Lalu Bucek dan timnya mampir ke sebuah masjid yang di dalamnya terdapat makam Imam Bukhari. Tak disangka, Bucek bertemu dengan penjaga masjid.

Bucek makin terheran karena ia ternyata mendapat sambutan istimewa. Lampu-lampu masjid yang semula padam karena sudah larut malam kemudian dihidupkan kembali demi menyambut rombongan dari Indonesia.

Bahkan, Bucek dan tim diperkenankan mengunjungi makam Imam Bukhari. Padahal, biasanya makam Imam Bukhari tertutup untuk umum. Karena rombongan berasal dari Indonesia, mereka pun dipersilakan untuk berziarah.

Bucek kemudian bertanya, mengapa ia mendapat sambutan istimewa, sang penjaga masjid pun bercerita karena rombongan berasal dari Indonesia. Masyarakat di sana mengucapkan terima kasih karena berkat Bung Karno makam Imam Bukhari menjadi terawat. Untuk itulah, setiap orang Indonesia datang ke sana selalu mendapat perlakuan istimewa.

Kabarnya, suatu hari saat Bung Karno mengunjungi Uzbekistan, ia sedih karena melihat makam Imam Bukhari tidak terawat. Kemudian Bung Karno langsung berbicara kepada pemimpin tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev agar makam Imam Bukhari dirawat. Saat itulah, makam perawi hadist Nabi Muhammad SAW itu terawat dengan baik.


3. Pengagum Soekarno di Kota Gaza

Usianya sudah delapan dasawarsa, namun semangatnya masih menyala. Apalagi ketika berbicara soal Presiden Soekarno. Dia salah satu dari sekian banyak pengagum presiden pertama Indonesia itu.

Namanya Salim. Dia menegaskan sangat mengidolakan Soekarno. Ayah tujuh anak yang berjalan dengan bantuan tongkat ini mengaku dua kali bertemu Soekarno di Jakarta. Kejadiannya sekitar 1960-an. "Dia pemimpin agung. Saya sangat menghormati dia," katanya saat ditemui merdeka.com di pusat latihan olah raga di Kota Gaza, Senin (22/10).

Kesempatan emas itu datang karena dia adalah juara tenis meja dari Palestina. Dia juga pernah menjabat ketua Federasi Tenis Meja Palestina.

Salim memuji Soekarno sebagai pemimpin besar dan berani terhadap negara-negara kuat. "Dia sangat teguh memegang prinsip, Dia berani menentang negara-negara besar," ujarnya seraya mengacungkan jempol.

Dia menyatakan pertemuan dengan Soekarno itu menjadi pengalaman berkesan tidak akan terlupakan selama hidupnya.


4. Wartawan dilepas tentara Mesir karena Bung Karno

Setelah sempat ditahan oleh tentara Mesir, Munawar Makyanie akhirnya dilepaskan. Siapa sangka wartawan Antara itu dilepas karena nama besar seorang Bung Karno, presiden pertama Indonesia.

Ceritanya, ketika Munawar selama sekitar tiga jam meliput pagelaran tank tempur di Jalan Salah Salim, jalan utama yang menghubungkan Bandara Internasional dan pusat kota Kairo, pada Jumat (16/8) silam. Ia saat itu hendak salat Jumat di Masjid Al Azhar di Distrik Hussein dan sedianya akan meliput aksi unjuk rasa pendukung presiden terguling Mohamed Moursi di Bundaran Ramses, pusat kota Kairo.

Ketika melintas di Jalan Salah Salim, ada peristiwa menarik untuk diliput, dan Munawar pun mengambil gambar barisan tank tempur tersebut setelah minta izin kepada seorang tentara di sekitarnya, dan dipersilakan. Baru beberapa kali menjepret, seorang tentara yang agak senior berteriak dari jauh, "Mamnu tashwir" (dilarang motret)," sambil berlari ke arah Munawar.

Munawar digiring masuk mobil. Dia juga sempat diperiksa dan dibentak beberapa kali. Munawar sempat pasrah nasibnya akan berakhir hari itu. Seorang petugas beruban, tampaknya pejabat senior, meminta identitas diri, dan Munawar pun menyerahkan semua dokumen identitas berupa paspor, kartu pers, STNK, SIM Mesir, dan kartu Cairo Sporting Club.

Saat membuka paspor Munawar, petugas tersebut spontan berucap, "Oh dari Indonesia ya, Soekarno, 'anaa uhibbu Soekarno' (saya cinta Soekarno)," sambil senyum takzim dan menunjukkan kedua jempol tangannya, dan dia pun keluar dari ruangan interogasi.

Lalu seorang pria berpakaian sipil berwajah angker mulai menginterogasi Munawar dengan beragam pertanyaan memojokkan. Di tengah interogasi, tiba-tiba datang seorang petugas berbeda lagi, berpakaian rapi dengan senyum ramah, meminta Munawar untuk ke ruang tamu.

"Mohon maaf, ini hanya salah pengertian saja. Bapak Munawar Saman Makyanie boleh kembali ke rumah", kata pria berdasi itu sambil menyerahkan kembali telepon genggam, dan semua dokumen identitas, serta kamera, tapi memory card kamera sudah dicopot.

Munawar pun diantar kembali ke tempat semula ditahan, yaitu Jalan Salah Salim, dalam posisi mata dan wajah kembali ditutup dengan kain hitam. (Merdeka)
0 komentar

Soekarno dan kisah-kisah lucu di awal kemerdekaan RI

Rangkaian teks proklamasi yang dibacakan di Jl Pegangsaan, Jakarta, itu mengubah segalanya. 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB pagi telah lahir negara berdaulat bernama Republik Indonesia. Bangsa yang kini tak mau lagi tunduk di bawah senapan Belanda, samurai Jepang ataupun meriam Inggris.

Soekarno dan kisah-kisah lucu di awal kemerdekaan RI

Tak mudah menciptakan negara baru di akhir perang dunia II. Dimana seluruh kekayaan Indonesia nyaris ludes disikat Jepang untuk kebutuhan perang.

Tapi semangat kemerdekaan mengalahkan segalanya. Walau banyak rakyat yang belum mengerti apa itu kemerdekaan.


Presiden Soekarno menyampaikan sebuah kisah. Beberapa saat setelah proklamasi, rakyat naik kereta, mereka terkejut ketika kondektur menagih ongkos. "Lho, buat apa? Kita kan sudah merdeka," kata mereka bingung.

Itulah potret di awal kemerdekaan. Tak selamanya selalu berkisah tentang perang dan heroisme. Berikut beberapa kisah lucu lainnya seperti yang diceritakan Presiden Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.



1. Mobil curian untuk yang mulia presiden

Republik Indonesia baru diproklamasikan. Jelas saja belum ada mobil kepresidenan untuk Soekarno. Masa iya, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia harus jalan kaki kemana-mana?

"Para pengikutku yang setia menganggap sudah seharusnya seorang presiden memiliki sebuah sedan mewah. Karena itu mereka mengusahakannya. Sudiro mengetahui ada sebuah Buick besar muat tujuh orang yang merupakan mobil paling bagus di Jakarta. Dengan gorden di jendela belakang."

"Sayang mobil ini milik Kepala Jawatan Kereta Api, seorang Jepang. Tetapi soal begini tidaklah membuat pusing Sudiro. Tanpa kuketahui, dia pergi mencari mobil itu dan menemukannya sedang diparkir di sebuah garasi," ujar Soekarno dalam biografi 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' yang ditulis Cindy Adams.

Sudiro yang mengenal supir itu langsung meminta sang supir menyerahkan kunci mobil Buick mewah tersebut. Sopir itu bertanya akan diapakan mobil tersebut. "Saya bermaksud memberikannya kepada Presiden kita," balas Sudiro.

Sopir muda itu pun mengangguk setuju. Dia menyerahkan kunci mobil majikannya pada Sudiro. Sopir ini pun kemudian disuruh Sudiro pulang kampung agar tidak dicari majikannya.

2. Perintah pertama Presiden Soekarno

Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang. Mereka menetapkan Soekarno sebagai Presiden RI pertama dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden RI.

Tidak ada debat sengit dalam sidang di Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon itu. Sederhana saja, PPKI memilih Soekarno sebagai presiden.

Sesederhana itu. Maka jadilah Soekarno sebagai Presiden pertama RI. Namanya negara yang baru seumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan yang mengantar Soekarno. Maka Soekarno pun pulang berjalan kaki.

"Di jalanan aku bertemu dengan tukang sate yang berdagang di kaki lima. Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama. Sate ayam 50 tusuk!" ujar Soekarno.

Itulah perintah pertama presiden RI. "Sate ayam 50 tusuk!"

Soekarno kemudian jongkok di pinggir got dekat tempat sampah. Sambil berjongkok, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia itu menghabiskan sate ayam 50 tusuk dengan lahap. Itulah pesta perayaan pelantikannya sebagai Presiden RI.


3. Cara bedakan wartawan Inggris dan Belanda

Setelah merdeka, segera datang pasukan sekutu yang membawa wartawan Amerika, Inggris dan Belanda. Namanya negara baru, tentu tidak ada 'press officer'. Maka Presiden Soekarno menunjuk seorang pemuda untuk meladeni wartawan itu.

Tentu saja pelajar itu tidak berpengalaman menghadapi wartawan asing yang agresif. Apalagi ada orang Belanda yang mengaku jadi wartawan Amerika. Akhirnya petugas itu menemukan cara. Dia menginjak kaki para wartawan itu.

"Kalau orang Belanda, dia akan berteriak OW! Tapi orang Amerika dan Inggris akan berteriak OUH," kata Soekarno.

Sebelum pergi, para wartawan itu minta izin dan surat pengantar. Soekarno bingung, surat apa? Maka dia membuat kartu asal jadi dan mengecapnya dengan sembarang stempel. Barulah wartawan asing itu pergi.

"Stempel itu tak ada artinya dan tak pernah ada yang pernah melihat sebelumnya," kata Soekarno geli.


4. Kisah AK Gani sang menteri penyelundup

Di awal kemerdekaan, perekonomian Indonesia karut marut. Satu-satunya cara mendapatkan uang atau kebutuhan rakyat adalah dengan cara menyelundupkan barang-barang ke luar negeri kemudian melakukan barter di sana.

Bahan pakaian, makanan, hingga senjata diselundupkan dari luar negeri. Tentu saja Belanda yang memblokade Indonesia kesal setengah mati.

"Orang yang menyelundupkan perdagangan emas dan perak itu juga menyelundupkan 8.000 ton karet adalah Dr AK Gani. Belanda memberinya julukan raja penyelundup tapi rakyat Indonesia mengenalnya sebagai menteri perekonomian," kata Soekarno.


5. Jas pinjaman para diplomat Indonesia


Setelah Indonesia merdeka, Belanda kembali ingin kembali berkuasa di Indonesia. Selain bertempur, diplomasi di meja perundingan pun dilakukan.

Soekarno menceritakan Leimena, seorang dokter pedesaan. Selama pendudukan Jepang, Leimena tak punya baju selain sepasang pakaian dalam. Maka dia terpaksa meminjam jas dan dasi untuk menghadapi para diplomat Belanda.

"Orang-orang desa dengan baju pinjaman tiba-tiba terjun ke politik, duduk di meja perundingan berhadapan dengan wakil-wakil terhormat dari Ratu Juliana yang berpakaian mentereng. Atau melakukan perundingan dengan orang Inggris bergelar Sir atau Lord."

"Beberapa anggota delegasi kami malahan memakai sepatu pinjaman. Dan orang Inggris dan Belanda memanggil mereka dengan sebutan 'Yang Mulia'. Kesulitan terbesar dari para menteriku adalah menahan ketawa bila memikirkan keganjilan ini semua," kata Soekarno.


Sumber : Merdeka
0 komentar

Asal Usul Mantan Presiden Soeharto Dijuluki Bapak Pembangunan

Setelah menjadi presiden, mulai 1969 Soeharto dianggap berhasil menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Hal itu terlihat dimulainya pembangunan-pembangunan di Indonesia.

Asal Usul Mantan Presiden Soeharto Dijuluki Bapak Pembangunan

Bahkan, di tengah kesulitan dan resesi yang menerjang seluruh dunia kala itu, Indonesia malah dianggap sebagai negara kuat oleh Bank Dunia. Mampu mencapai laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) rata-rata 7,6 persen per tahun.

Meski dianggap sukses memimpin Indonesia, ada juga kelompok oposisi yang mengecilkan arti dan hasil pembangunan yang telah dilaksanakan pemerintahan Orde Baru kala itu. Karena itu, Ali Moertopo yang saat itu menjabat sebagai Menteri Penerangan mengambil inisiatif sendiri.


Ia merencanakan untuk memberikan penghargaan kepada Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Indonesia. Kemudian, pada 12 Maret 1981 Ali Moertopo mengumpulkan bawahannya dalam rapat kerja khusus Departemen Penerangan. Rapat itu membahas secara khusus pemberian gelar kepada Soeharto.

Setelah rapat beres, hasil rapat itu kemudian disampaikan kepada Soeharto. Ia kemudian menghadap dan berharap Soeharto mau menerima penghargaan sebagai Bapak Pembangunan. Mendengar laporan dari menterinya, Soeharto awalnya tak menggubris.

Meski mendapat penolakan, Ali Moertopo tidak kehabisan akal. Dua bulan berikutnya, saat Ali membuka pameran pembangunan di Kebayoran Lama, pada kesempatan itu, dia memanfaatkan waktu secara efektif untuk mengembuskan isu tentang Bapak Pembangunan.

Pada mulanya, masyarakat menanggapinya biasa saja. Seiring bergulirnya waktu, isu itu kemudian berubah menjadi super isu yang menyedot banyak perhatian dari berbagai kalangan.

Tingkat elite yang duduk di pemerintahan umpamanya, mereka malah ragu apakah Soeharto mau menerima penghargaan tersebut atau justru sebaliknya. Sebab, Soeharto dianggap tidak suka sanjungan dan penghargaan. Hal itu terlihat saat ada rencana untuk memberikan gelar Doctor Honoris Causa dari sebuah Universitas di luar negeri. Pemberian gelar itu juga ditolak oleh Soeharto. Demikian cerita soal Soeharto seperti yang tertulis dalam buku "Pak Harto Pandangan dan Harapannya" oleh Abdul Gafur.

Meski Soeharto tak merespons mengenai usulan pemberian gelar itu, desakan mulai muncul. Desakan mulai datang dari Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Mereka menyampaikan kembali agar Soeharto berkenan menerima penghargaan tersebut.

Gayung pun bersambut. Soeharto menyatakan dengan halus: "Penghargaan rakyat itu bagi saya adalah penghargaan terhadap keputusan rakyat sendiri yang telah berhasil memilih seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tekad rakyat untuk membangun," ujar Soeharto kala itu.

Pro dan kontra sempat mewarnai pemberian gelar Bapak Pembangunan ini. Untuk itu, Wakil Ketua DPR Mashuri Saleh ingin usulan pemberian gelar itu direm. Alasannya, ia khawatir akan terjadi pengkultus-individuan terhadap Soeharto sama seperti halnya dengan Bung Karno yang dipuja-puja secara berlebihan dalam bentuk berbagai penghargaan.

Akan tetapi, pandangan Mashuri ini tenggelam oleh hingar bingar masyarakat yang mengelu-elukan Soeharto agar diberikan gelar kehormatan Bapak Pembangunan. Banyak pula tokoh yang mendukung rencana pemberian gelar tersebut, seperti Buya Hamka. Mereka beralasan, dalam era pembangunan di bawah kepemimpinan Soeharto pembangunan ini baru dimulai."Malah kita baru mengenal apa arti pembangunan itu," katanya.

Karena desakan begitu kuat, melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia. 


Sumber : Merdeka
0 komentar

Masyarakat Heboh, Jokowi Dikira Maling

Setelah mengunjungi Kawasan Wisata Betawi, Setu Babakan dan makan siang di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo melakukan tinjauan dadakan ke Danau Riario, di daerah Pedongkelan, Jakarta Pusat.

Masyarakat Heboh, Jokowi Dikira Maling
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo meninjau kawasan wisata budaya Betawi, Setu Babakan, Jakarta, Rabu, (21/11/2012).foto : Kompas
 

Tinjauan dadakan Jokowi ke Danau Riario adalah untuk merencanakan memproduktifkan kembali danau tersebut untuk rekreasi gratis bagi masyarakat.

"Ya Danau Riario ini kan sudah beberapa tahun enggak produktif. Ini mau kita produktifkan kembali untuk dipakai rekreasi gratis untuk masyarakat," kata Jokowi, di Danau Riario, Pedongkelan, Jakarta, Rabu, (21/11/2012).

Selain itu, Jokowi juga berencana menjadikan Danau Riario sebagai public space. Karena wilayah tersebut, dikatakan oleh Jokowi, sangat berpotensi untuk dijadikan tempat rekreasi gratis bagi masyarakat.


Jokowi juga akan merencanakan untuk melakukan pengerukan sampah di danau tersebut demi terwujudnya public space area.

"Nanti sampahnya dikeruk, airnya dijernihkan, diberi taman, ini akan jadi public space yang bagus sekali dan rencananya akan mulai dibangun pada awal 2013," kata Jokowi.

Setibanya di Danau Riario, seperti biasa, Jokowi langsung disambut oleh warga sekitar. Suasana sore itu yang tadinya sepi langsung berubah menjadi ramai saat Jokowi datang. Kemudian, Jokowi menyusuri danau Riario dan menyusuri gang-gang sempit.

Ada kejadian menarik yang terjadi saat blusukan itu. Mantan Wali Kota Solo itu disangka maling oleh warga setempat.

Seorang ibu rumah tangga yang tidak menduga dengan kehadiran Jokowi itu sempat mengira tetangganya sedang mengejar maling.

"Haduh, ya ampun. Kirain saya lagi pada ngejar maling. Ternyata lagi ada Pak Jokowi," kata Ibu itu.

Selain itu, seperti biasanya, masyarakat yang ada menyambut antusias kedatangan mantan Wali Kota Solo ini. Banyak dari warga yang berebut untuk berfoto dan bersalaman dengan Jokowi.

Anak-anak kecil juga turut menyambut kedatangan Jokowi. Tinjauan dadakan Jokowi ke Danau Riario ini didampingi oleh Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Wiryatmoko.

Sumber : KOmpas
0 komentar

Pendapat warga Bandung tentang artis pilgub Jabar

Pilgub Jabar 2013 mendatang akan disemarakan kalangan artis. Sebut saja Deddy Mizwar, Dede Yusuf, dan Rieke Diah Pitaloka. Secara popularitas, oke mereka tidak diragukan, namun akankah seiring dengan elektabilitasnya?

Bursa Artis Pilgub Jawa Barat
Bursa Artis Pilgub Jawa Barat

Ini kata Warga Bandung soal itu.

"Kalau kita lihat para calon dari artis memang sudah kenal. Apalagi kalangan artis yang sudah begitu dikenal di layar kaca setiap harinya, tapi apakah dia mampu? Ini kan yang jadi pertanyaan," kata Lukman (30), warga Kiaracondong Bandung, Jumat (16/11).

Menurut, bapak dua anak ini semua orang, baik itu pemulung, tukang sampah, birokrat dan lainnya itu adalah hak masing-masing untuk ikut dipilih. Asalkan apa maksud dari pencalonan.

"Kalau hanya mencari tahta semata, janganlah, kasian warganya. Jadi walaupun banyak artis sekarang ini, kita tidak akan gegabah untuk memilih calon pemimpin yang bakal menjadi orang nomor satu di Jabar ini," ungkapnya.


Ditemui terpisah Maryani (40) PNS guru ini mengaku, bahwa pesta demokrasi tahun 2013 ini memang lebih menarik dan kompetitif. Jika dilihat artisnya, dia menyebut calon yang ada ini bukan sembarang artis.

"Kita semua tahu kapasitas Rieke di DPR, Dede Yusuf juga bisa membawa Jabar ke arah baik. Tidak ada citra buruk dari mereka. Jadi ga masalah. Tapi saya ingin cari orang yang bisa dekat dengan rakyat. Kaya Jokowi, pasti rakyat Jabar senang," ungkapnya.

Sementara itu pengamat politik dari Universitas Parahyangan, Asep Warlan menuturkan, keberadaan artis sudah mulai diterima masyarakat saat terjun ke dunia politik. Namun di Pilgub ini justru ini juga menjadi ajang pembuktian.

"Ini harus dibuktikan, agar masyarakat lebih percaya bahwa artis juga bisa memimpin Jabar," tuturnya saat dihubungi wartawan.

Lanjut Asep, jika pencalonan sekarang dari kalangan artis kini bisa sukses, pada Pemilukada yang akan datang masyarakat tak ragu lagi memilih artis.


Sumber : Merdeka
0 komentar

Biografi Mohammad Hatta

Mohammad Hatta biografi Terima kasih semoga Biografi Biodata dan Profil Bung Hatta, dia adalah pahlawan bangsa yang jasanya layak untuk di kenang dan kita doakan agar jasa jasa beliau semasa hidupnya sebagai pahlawan bangsa indonesia, nahhh bagaimana kisah beliau samasa hidup nya silahkan anda bisa lebih mengenal bung hatta dalam biografi hatta.

Biografi Mohammad Hatta
Mohammad Hatta
 
Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.

Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.


Masa Studi di Negeri Belanda
Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Hatta juga mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antaranggota. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Semula dia bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925. Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik.

Perpanjangan rencana studinya itu memungkinkan Hatta terpilih menjadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Pada kesempatan itu, ia mengucapkan pidato inaugurasi yang berjudul “Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen”–Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis struktur ekonomi dunia dan berdasarkan itu, menunjuk landasan kebijaksanaan non-kooperatif.

Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa.

PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi.

Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama “Indonesia”, Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi, “Indonesia” secara resmi diakui oleh kongres. Nama “Indonesia” untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi internasional.

Hatta dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman penting di Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres internasional yang diadakan di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat itu.

Pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan ceramah bagi “Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan” di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L ‘Indonesie et son Probleme de I’ Independence (Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan).

Bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama “Indonesia Vrij”, dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia Merdeka.

Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra‘jat dan kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun 1932.

Kembali ke Tanah Air
Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Ra’jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip non-kooperasi selalu ditekankan kepada kader-kadernya.

Reaksi Hatta yang keras terhadap sikap Soekarno sehubungan dengan penahannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra’jat, yang berjudul “Soekarno Ditahan” (10 Agustus 1933), “Tragedi Soekarno” (30 Nopember 1933), dan “Sikap Pemimpin” (10 Desember 1933).

Pada bulan Pebruari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel. Seluruhnya berjumlah tujuh orang. Dari kantor Jakarta adalah Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Bondan. Dari kantor Bandung: Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul “Krisis Ekonomi dan Kapitalisme”.

Masa Pembuangan
Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van Langen, menawarkan dua pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, bila dia mau bekerja untuk pemerintah kolonial waktu dia masih di Jakarta, pasti telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlulah dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari.

Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta mempunyai cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu ekonomi, sejarah, dan filsafat. Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di kemudian hari dibukukan dengan judul-judul antara lain, “Pengantar ke Jalan llmu dan Pengetahuan” dan “Alam Pikiran Yunani.” (empat jilid).

Pada bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, tatabuku, politik, dan lain-Iain.

Kembali Ke Jawa: Masa Pendudukan Jepang
Pada tanggal 3 Pebruari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.

Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944.

Selama masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidato yang diucapkan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) pada tanggaI 8 Desember 1942 menggemparkan banyak kalangan. Ia mengatakan, “Indonesia
terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia Iebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali.”

Proklamasi
Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya. Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti.

Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh. Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.

Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus merupakan satu dwitunggal.

Periode Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda.

Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi Menteri Baja India di masa Pemerintah Perdana Menteri Morarji Desai). Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.

Kesukaran dan ancaman yang dihadapi silih berganti. September 1948 PKI melakukan pemberontakan. 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi kedua. Presiden dan Wapres ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun perjuangan Rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus berkobar di mana-mana. Panglima Besar Soediman melanjutkan memimpin perjuangan bersenjata.

Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana.

Bung Hatta juga menjadi Perdana Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali menjadi Wakil Presiden.

Periode Tahun 1950-1956
Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Karena besamya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).

Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada Presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya.

Pada tangal 27 Nopember 1956, ia memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta. Pada kesempatan itu, Bung Hatta mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul “Lampau dan Datang”.

Sesudah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung Hatta berjudul “Menuju Negara Hukum”.

Pada tahun 1960 Bung Hatta menulis “Demokrasi Kita” dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena menonjolkan pandangan dan pikiran Bung Hatta mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu.

Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus.

Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi’ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.

Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara.
Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.

Berikut Biodata dari Mohammad Hatta
Nama : Dr. Mohammad Hatta (Bung Hatta)
Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980
Istri : (Alm.) Rahmi Rachim


Gelar Pahlawan : 
  • Pahlawan Proklamator RI tahun 1986
  • Pahlawan Nasional 7 November 2012 

Anak : 

  • Meutia Farida 
  • Gemala
  • Halida Nuriah

Pendidikan : 

  • Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi (1916) 
  • Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang (1919)
  • Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang), Jakarta (1921)
  • Gelar Drs dari Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)

Karir : 

  • Bendahara Jong Sumatranen Bond, Padang (1916-1919) 
  • Bendahara Jong Sumatranen Bond, Jakarta (1920-1921)
  • Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda (1925-1930)
  • Wakil delegasi Indonesia dalam gerakan Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan, Berlin (1927-1931)
  • Ketua Panitia (PNI Baru) Pendidikan Nasional Indonesia (1934-1935)
  • Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Jepang (April 1942)
  • Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (Mei 1945)
  • Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (7 Agustus 1945)
  • Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945)
  • Wakil Presiden Republik Indonesia pertama (18 Agustus 1945)
  • Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan (Januari 1948 – Desember 1949)
  • Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan menerima penyerahan kedaulatan dari Ratu Juliana (1949)
  • Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kabinet Republik Indonesia Serikat (Desember 1949 – Agustus 1950)
  • Dosen di Sesko Angkatan Darat, Bandung (1951-1961)
  • Dosen di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1954-1959) 
  • Penasihat Presiden dan Penasihat Komisi IV tentang masalah korupsi (1969)
  • Ketua Panitia Lima yang bertugas memberikan perumusan penafsiran mengenai Pancasila (1975)


Sumber : Aceh Image
0 komentar

Inilah Alasan Soekarno-Hatta dapat Gelar Pahlawan Nasional

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan beberapa alasan mengapa pasangan presiden pertama RI, Soekarno dan Mohammad Hatta pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional.

Soekarno - Hatta Pahlawan Nasional
Soekarno - Hatta Pahlawan Nasional
foto : liputan6.com
 
Alasannya, bukan cuma karena keduanya telah memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. "Benar, Bung Karno dan Bung Hatta adalah proklamator yang aktif merumuskan, menyusun dan mendeklarasikan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Benar, Bung Karno adalah Presiden Indonesia pertama, dan Bung Hatta adalah Wakil Presiden Indonesia pertama. Namun, kebesaran dan peran sejarah beliau lebih dari itu," kata Presiden SBY dalam sambutannya pada upacara penganugerahan gelar pahlawan nasional tahun 2012 di Istana Negara, Rabu (7/11).

Presiden SBY memaparkan, Bung Karno dan Bung Hatta adalah tokoh pergerakan nasional dalam melawan penjajahan. Untuk meraih kemerdekaan, keduanya bahkan beberapa kali menjalani masa pengasingan di Flores, Bengkulu dan Digul. Kedua tokoh nasional tersebut berperan penting dalam mengantarkan kemerdekaan Indonesia.


Mereka adalah pemikir, perumus dan peletak dasar-dasar Indonesia Merdeka. Keduanya juga sangat disegani oleh dunia internasional. Pikiran Bung Karno telah mengubah jalannya sejarah lewat pidato fenomenal seperti di dalam Sidang Umum PBB tanggal 30 September 1960 yang berjudul "To Build the World Anew".

Bung Karno bersama sejumlah pemimpin dunia yang lain telah mempelopori pembentukan Gerakan Non-Blok, serta Gerakan dan Solidaritas Asia-Afrika. Bapak kandung Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri itu juga mengkomandoi pembebasan Papua dari tangan Belanda, yang dikenal dengan gerakan Tri Komando Rakyat (Trikora).

"Keempat, idealisme dan komitmen Bung Karno yang amat kuat pada nasionalisme dan persatuan bangsa, kedaulatan negara, serta kemandirian kita sebagai bangsa yang merdeka. Kelima, adalah teladan dan seruan beliau agar rakyat Indonesia menggelorakan semangat membaca, berpikir dan menuntut ilmu," urai SBY.

Sementara itu sosok Bung Hatta juga menjadi bagian penting sejarah Indonesia. Pidato Bung Hatta di Lapangan IKADA tanggal 8 Desember 1942 telah membakar nasionalisme rakyat Indonesia dan menjadi pemikiran utama tentang demokrasi, ekonomi dan koperasi.

Bung Hatta juga berkontribusi mempertahankan kemerdekaan dengan memimpin Delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada 27 Desember 1945. "Ketiga, idealisme dan komitmen Bung Hatta yang amat kuat pada hak-hak asasi manusia, demokrasi, dan koperasi sebagai pilar perekonomian nasional," ujar SBY.

Presiden SBY menegaskan, penganugerahan gelar pahlawan nasional menegaskan pengakuan, penghargaan, penghormatan, dan ucapan terima kasih atas perjuangan dan pengorbanan Soekarno dan Hatta. Dengan pemberian gelar kepahlawan ini, Kepala Negara juga mengajak masyarakat untuk menghilangkan stigma negatif yang sempat dilekatkan kepada Bung Karno.

"Kita tinggalkan segala stigma dan pandangan yang tidak positif, yang tidak perlu dan tidak semestinya. Sebenarnya rakyat Indonesia, melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat, dengan ketetapannya juga telah menghapuskan stigma yang tidak baik yang mungkin ada terhadap Bung Karno, pahlawan dan Bapak Bangsa kita," ucap Presiden.



Sumber : Jurnas
0 komentar

Mimpi Soekarno membuat Ancol seperti Hawaii

Bicara Ancol dan pantai wisata rakyat tak akan lengkap tanpa menyebut peran Presiden Soekarno. Soekarno punya mimpi rakyat Indonesia bisa berwisata ke pantai yang indah. Menikmati deburan ombak sambil berteduh di pohon nyiur yang melambai.

Mimpi Soekarno membuat Ancol seperti Hawaii
foto : merdeka.com

Soekarno terinspirasi pemandangan di Hawaii, Amerika Serikat, yang ketika itu baru dikunjunginya. Dia ingin rakyat bisa berwisata ke pantai yang indah dengan biaya murah.

Maka Soekarno pun membuat Surat Keputusan Presiden untuk mengubah Ancol yang saat itu masih berupa hutan dan rawa menjadi kawasan wisata terpadu.

Tahun 1962, ide itu dianggap sulit terwujud. Tak ada dana, atau sumber daya manusia. Tapi Soekarno yakin, dengan kerja keras dan kemauan, tak ada yang mustahil. Dia pun berpesan pada gubernur DKI Jakarta kala itu Soemarno.


"Marno, sebagai pemimpin kamu harus mampu berpikir tentang apa yang bisa kamu perbuat untuk rakyatmu lima puluh tahun mendatang. Kamu harus mampu membayangkan apa yang dibutuhkan oleh rakyatmu, rakyat Jakarta. Bukan untuk satu atau dua tahun ke depan, tapi lima puluh tahun, seratus tahun ke depan."

"Bagaimana kamu bisa memberikan tempat yang bisa membahagiakan rakyat Jakarta agar penduduknya menikmati hawa segar laut, bisa melihat cerianya anak-anak bermain di pantai, ditingkahi deburan ombak dan tiupan angin yang semilir," kata Soekarno seperti dikutip dalam buku 'Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol' yang ditulis Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dan diterbitkan Kompas.

Tak ada biaya di APBN maupun APBD untuk membangun Ancol. Maka pemerintah mencari kontraktor dari luar negeri yang bisa diutangi. Terpilihlah kontraktor dari Prancis, Compagnic Industriale de Travaux.

Pekerjaan paling berat adalah menimbun rawa dan empang dengan pasir dan lumpur yang disedot dari dasar laut. 552 hektare daratan harus ditimbun dengan 12,5 juta kubik pasir. Lama pekerjaannya 42 bulan.

25 Teknisi dari Prancis dan alat-alat berat khusus didatangkan dari luar negeri. Mereka harus berhadapan dengan ular dan beratnya medan berlumpur. Ketika untuk pertama kali Soekarno meninjau, kawasan Ancol masih awut-awutan.

Saat terjadi peristiwa G30S tahun 1965, pembangunan Ancol sempat terhenti. Untunglah Gubernur legendaris Jakarta Ali Sadikin punya inisiatif menggandeng PT Pembangunan Jaya sebagai mitra kerja. Perusahaan tersebut didirikan Pemda DKI dengan para pengusaha, di antaranya taipan properti Ir Ciputra.

Megaproyek Ancol pun berlanjut. Sampai sekarang pembangunan dan aneka inovasi terus dikerjakan. Soekarno pun mungkin akan tersenyum melihat impiannya berdiri megah di Pantai Utara Jakarta.



SUmber : Merdeka
0 komentar

Presiden SBY dan Ratu Elizabeth II Menaiki Kereta Kuda Kerajaan

Mengawali kunjungan di Inggris, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat sambutan langsung dari Ratu Elizabeth II. Dengan didampingi Pangeran Philip, Ratu Elizabeth II mendampingi Presiden SBY dan Ibu Ani yang menaiki kereta kuda kehormatan.

Presiden SBY dan Ratu Elizabeth II Menaiki Kereta Kuda Kerajaan
Presiden SBY & Ratu Elizabeth II Turun dari kereta kuda kehormatan Kerajaan Inggris
(Daily Mail/PA / detik)

Presiden SBY mendapat kehormatan menumpang Horse Guards Parade, sebuah parade besar-besar di wilayah pusat London. Parade ini dilakukan menuju Buckingham Palace, yang akan menjadi tempat tinggal Presiden SBY dan Ibu Ani selama kunjungan 3 hari di Inggris.

Dalam parade ini, Presiden SBY juga melakukan inspeksi terhadap pasukan berseragam merah dan bertopi kulit beruang. Demikian seperti dilansir AFP dan Daily Mail, Rabu (31/10/2012).


Presiden SBY tampak mengenakan setelan jas warna hitam dengan dasi merah dan peci hitam. Sedangkan Ibu Ani mengenakan kebaya yang dilapis dengan mantel hitam. Sementara Ratu Elizabeth II mengenakan gaun warna krem lengkap dengan topi senada.

Ikut mendampingi Presiden SBY sebelum mengikuti prosesi Horse Guards Parade, yakni Menteri Luar Negeri Inggris William Hague dan Menteri Dalam Negeri Theresa May.

Ratu Inggris berusia 86 tahun dan suaminya kemudian menjamu Presiden SBY berserta rombongan dalam makan malam mewah pada Rabu (31/10) malam waktu setempat.

Kamis (1/11) waktu setempat, Presiden SBY akan menggelar pembicaraan dengan Perdana Menteri Inggrs David Cameron. Kemudian juga menghadiri pertemuan tingkat tinggi panel PBB yang memfokuskan pada pembahasan strategi pembangunan Millennium Development Goals (MDGs).

SBY, yang merupakan satu-satunya kepala negara yang pernah bergabung sebagai pasukan perdamaian PBB, juga akan berpidato di Royal College of Defence Studies. Pada Kamis malam, SBY juga akan menghadiri jamuan kedua yang diselenggarakan di distrik finansial London.

Presiden SBY juga dijadwalkan mengunjungi Westminster Abbey untuk meletakkan karangan bungan pada makam ksatria, Grave of the Unknown Warrior. Kemudian juga mengunjungi Prince of Wales dan Duchess of Cornwall di kediaman mereka di London, Clarence House.

Kunjungan 3 hari ini akan banyak diisi agenda perjanjian perdagangan kedua negara, seiring dengan minat Inggris untuk mendapatkan akses kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cepat dan 240 juta konsumen potensial. Kunjungan kenegaraan ini juga merupakan bagian dari upaya Inggris untuk meningkatkan kehadiran diplomatiknya di Asia Tenggara, dan Indonesia dianggap oleh para pejabat Inggris sebagai pemain paling berpengaruh di wilayah tersebut.

Diketahui bahwa Inggris biasanya menerima dua kunjungan kenegaraan setiap tahun, namun SBY adalah satu-satunya kepala negara yang menerima sambutan resmi pada tahun ini, beberapa bulan setelah perayaan berlian untuk menandai 60 tahun Ratu bertahta. Kunjungan kenegaraan terakhir dilakukan oleh Presiden Turki Abdullah Gul pada November 2011.



SUmber : Detik
0 komentar

Apa Bedanya Debat Capres Amerika dengan Indonesia

Debat kandidat Calon Presiden Amerika Serikat (AS) antara Barack Obama dari Partai Demokrat dan penantangnya Mitt Romney dari Partai Republik, telah selesai digelar. Kini warga Amerika Serikat tinggal menunggu waktu untuk pemilihan langsung, yang akan digelar pada 6 November 2012.

Apa Bedanya Debat Capres Amerika dengan Indonesia
Debat terakhir Capres Mitt Romney dan Barack Obama
(REUTERS/Jason Reed/ Viva News)

Dalam setiap perdebatan, kedua kandidat tersebut saling mengkritisi program maupun kebijakan lawan. Sampai publik merasa bahwa apa yang diperdebatkan itu memang berguna bagi kehidupan mereka. Debat mereka berisi, berguna dan bermartabat.

Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, menilai debat yang terbangun dari Pemilu AS patut dipelajari para kandidat presiden di Indonesia.

"Mereka berdebat soal substansi, mereka tunjukkan perbedaan, tapi di sampaikan secara elegan, tidak ada serangan pribadi, cara menyampaikannya pun sangat terlatih," ujar Anies mengomentari debat antara Obama dan Romney di @america, Pasific Palace, Hotel Ritz Carlton Sudirman, Jakarta, Selasa 30 Oktober 2012.


Anies melihat memang ada perdebatan antara kedua Capres AS tersebut, tapi keduanya bukan saling menyerang. Keduanya menyampaikan pendapat dengan dingin dan sistematis. Proses debat Capres AS juga fokus pada kebijakan dan menjawab sesuai dengan pilihan audiens.

Namun saat dimintai perbandingan dengan debat pemilihan pemimpin di Indonesia, Anies memaparkan terdapat perbedaan mendasar. Hal ini dapat dilihat dari debat Pemilu Presiden 2009 lalu.

Anis menilai, masing-masing calon presiden RI kala itu berusaha saling mengkritisi padahal semuanya pernah berada dalam satu kabinet. Pada akhirnya, yang muncul adalah debat kusir diantara para calon.

"Tidak fokus pada masalah. Kita juga punya masalah terkait kultur, mengkritisi kandidat yang pernah dalam satu kabinet," katanya.

Anis berharap Indonesia bisa membangun budaya debat yang lebih bermartabat, bukan seperti debat di talkshow yang tidak berujung.
"Debat adalah sesuatu yang normal, dan menyerang dalam debat juga sesuatu yang normal," tambahnya.

Dalam budaya debat AS, keberadaan pendukung kandidat dalam acara debat lebih banyak dalam posisi pasif, diam, dan menyimak semua paparan masing-masing kandidat.

Sementara di Indonesia, keberadaan pendukung justru membuat debat semakin mengganggu, dengan keriuhan yang mereka lalukan setiap kali kandidat menjawab atau memaparkan program.

Meski demikian, kata Anis, kualitas debat di Indonesia bisa lebih baik, dengan meningkatkan kualitas kandidat yang muncul. "Penyampaian debat yang dingin dan sistematis, ini terkait dengan kandidat. Bila punya kompetensi, artikulasi dan agenda yang jelas, bisa lebih baik," ujarnya.



Sumber : Viva News
0 komentar

Ratu Inggris Akan Berikan Gelar ke SBY

Dalam kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Inggris, Ratu Elizabeth II akan memberikan anugerah gelar kepada Presiden SBY. Penghargaan yang akan disematkan kepada Presiden SBY sebelumnya juga pernah diberikan kepada pemimpin negara lainnya, seperti Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan, Presiden Perancis Jacques Chirac, dan Presiden Turki Abdullah Gul.

 Ratu Inggris Akan Berikan Gelar ke SBY



"Nama penghargaannya Knight Grand Cross in the Order of Bath," kata Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah, di Jakarta, Senin (29/10). Dia mengatakan penghargaan Knight Grand Cross tersebut merupakan kelas tertinggi dari Order of the Bath.

Sebelumnya, Presiden Soeharto pernah diberikan tanda jasa Knight Cross Of Order of The Bath (GCB) oleh Pemerintah Inggris pada 1974. Penghargaan tersebut pertama kali diberikan tahun 1725, yang merupakan penghargaan kepada prestasi menonjol anggota militer dan warga sipil.


Faizasyah menuturkan tidak ada upacara khusus yang akan dilakukan dalam pemberian penghargaan ini. "Hanya Ratu akan menunjukannya di ruang display ke Bapak Presiden seusai makan siang tanggal 31 Oktober," kata dia. Selanjutnya, Presiden Yudhoyono beserta Ibu Negara akan melanjutkan perjalanan ke Vientiane, Laos, dalam rangka kunjungan kenegaraan dan menghadiri KTT Ke-9 Asia-Europe Meeting (ASEM).

Presiden Yudhoyono juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron. Pertemuan-pertemuan lainnya yang telah dijadwalkan meliputi pertemuan dengan Prince of Wales, Pangeran Charles; Ketua Partai Liberal Demokrat, Nick Clegg; dan pemimpin oposisi, Ed Miliband.

Selain itu, Presiden Yudhoyono juga akan menyampaikan pidato di beberapa forum, termasuk di antaranya di hadapan All-Party Parliamentary Group on Indonesia, Royal College for Defence Studies, dan Wilton Park. Menurut jadwal, Presiden juga akan menghadiri pertemuan Co-Chairs High Level Panel on Post-MDGs dengan para anggota panel.

Pertemuan ini merupakan pertemuan kedua setelah pertemuan pertama berlangsung di sela-sela Sidang Umum Majelis PBB ke-67 di New York, September lalu. Adapun selain Presiden Yudhoyono, ketua bersama lainnya adalah Perdana Menteri Inggris dan Presiden Liberia.

Kerja Sama
Faizasyah mengatakan kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Inggris yang merupakan undangan Ratu Elizabeth II diharapkan akan semakin meningkatkan kerja sama kedua negara, baik secara bilateral maupun dalam konteks upaya bersama menyikapi berbagai isu global.

"Pada saat kunjungan PM Inggris David Cameron ke Jakarta bulan April 2012, telah disepakati bahwa pengembangan kerja sama bilateral akan difokuskan pada 5 bidang prioritas, yakni perdagangan, investasi, pendidikan, lingkungan hidup, serta demokrasi dan kerja sama antaragama," kata dia.

Sementara itu, terkait kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono ke Laos dilakukan atas undangan Presiden Laos, YM Choummaly. Kunjungan kenegaraan ini dirangkaikan dengan kehadiran Presiden Yudhoyono di KTT ASEM Ke-9.

Dalam kerangka kunjungan kenegaraan, Presiden Yudhoyono akan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Laos, YM Choummaly. Di sela-sela KTT ASEM, Presiden Yudhoyono dijadwalkan akan menghadiri Asia Europe Business Forum Ke-13 dan melakukan beberapa pertemuan bilateral, termasuk di antaranya dengan Presiden Prancis, Francois Hollande.



Sumber
0 komentar

Al Attas dan Teori Islamisasi Nusantara

Oleh: Tiar Anwar Bachtiar (Kandidat Doktor Universitas Indonesia)
Saat mengucapkan pidato pengukuhannya sebagai professor di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) tahun 1972 dalam bidang Bahasa dan Kesusateraan Melayu, Syed M. Naquib Al-Attas menyampaikan makalah berjudul Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Pidato pengukuhan guru besar semacam ini adalah yang pertama kali dilakukan di perguruan-perguruan tinggi di Asia Tenggara. Akan tetapi, yang menarik dari acara itu bukan seremoni kegiatannya, melainkan pokok-pokok pikiran yang ditulis dalam naskah pidatonya mengenai Islamisasi di wilayah kepulauan Nusantara.


nusantara


Pada umumnya, ketika berbicara mengenai Islamisasi kepulauan Nusantara, pembicaraan lebih difokuskan pada fakta-fakta yang sifatnya artefak peninggalan zaman Islam atau catatan-catatan perjalanan yang mengisahkan pertemuan dengan komunitas Muslim di wilayah ini. Kita perhatikan beberapa perdebatan teoretis mengenai masuknya Islam ke wilayah ini. Semua berakar pada fakta-fakta kasat mata yang bersifat artefak belaka.

Salah satu teori yang populer di ataranya teori Gujarat. Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dari Gujarat. Dasar teori ini antara lain: (a) hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Gujarat – Timur Tengah – Eropa; (b) adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al-Saleh pada 1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat di antaranya adalah Snouck Hurgronje, W. F. Stutterheim, Bernard H. M. Vlekke, Pijnappel dan Moquette. Berdasar fakta-fakta itu kemudian disimpulkan bahwa Gujarat (India) sangat penting dalam proses Islamisasi.


Teori berikutnya adalah teori Persia. Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Persia (Iran) dan bermazhab Syi’ah. Dasar teori ini adalah adanya kesamaan budaya Persia dengan beberapa budaya masyarakat Islam Indonesia, sepert Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah. Di Sumatra Barat peringatan itu disebut dengan upacara Tabuik (Tabut), sedangkan di Pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syura. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Persia, yaitu Al-Hallaj. Penggunaan bahasa Persia dalam sistem mengeja huruf Al-Qur’an untuk tanda-tanda bunyi harakat, terutama di Jawa Barat. Arab mengeja dengan fathah, kasrah dan dhammah, sedangkan Persia menyebutnya jabar, je-er dan py-es. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal pada 1419. Menurut para sejarawan, ulama ini berasal dari Persia. Adanya perkampungan Leran di Giri daerah Gresik. Leran adalah nama salah satu suku di Persia.

Teori Cina lain lagi. Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Cina. Pendukung teori ini di antaranya adalah Slamet Mulyana. Menurutnya, Sultan Demak dan para Wali Sanga adalah keturunan Cina. Pendapat ini bertolak dari Kronik Klenteng Sam Po Kong yang menyebutkan nama-nama Wali Sanga dengan nama Cina. Namun, teori ini sangat lemah. Menurut budaya Cina, dalam penulisan sejarah nama tempat yang bukan Cina dan nama orang yang bukan Cina, juga dicinakan penulisannya. Selain itu, Islam sudah masuk dan menyebar di Indonesia sebelum masa Wali Sanga.

Bahkan teori yang juga dipegangi, yaitu teori Arab, juga mendasarkan analisis pada hal-hal yang sifatnya artefak dan berita pelancong. Menurut teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad 7 dari Arab (Mekah dan Mesir). Dasar teori ini adalah pada abad ke-7, yaitu pada 674, di pantai barat Sumatra telah terdapat perkampungan Islam (Arab). Sumber informasi ini berasal dari berita Cina Dinasti Tang. Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekah. Adapun Gujarat adalah penganut mazhab Hanafi. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik. Gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Arab di antaranya adalah Hamka, A. Hasymi, C. J. van Leur, T. W. Arnold dan John Crawfurd.

Pendekatan-pendekatan yang melulu didasarkan pada bukti-bukti artefak pada akhirnya malah mengarahkan pada kesimpulan-kesimpulan sumir mengenai pengaruh Islam ke negeri ini. Salah satunya adalah anggapan sebagian besar orientalis bahwa Islam hanya berperan di permukaan saja dalam proses Islamisasi. Islam hanya seperti pelitur yang kalau dibersihkan akan tampak segera warna aslinya. Warna asli itu bukanlah Islam, melainkan jejak peninggalan Hindu-Budha. Pendapat semacam ini umpamanya dilontarkan oleh van Leur. Sekalipun ia setuju dengan Arnold dan Crawfurd tentang asal-usul Islam dari tanah Arab, namun baginya Islam tidak membawa perubahan asasi dan tidak pula membawa peradaban yang lebih luhur dibandingkan dnegan peradaban yang ada sebelumnya, yaitu peradaban Hindu dan Budha.

Pandangan inilah yang ingin dipatahkan oleh Al-Attas melalui bukunya. Al-Attas sendiri sesungguhnya termasuk yang mendukung teori terakhir ini. Akan tetapi, yang menarik dari Al-Attas bukan soal kesimpulannya yang ini, melainkan pendekatan analisisnya sebagaimana ia paparkan dalam bukunya di atas. Baginya, Islam berasal dari Arab sudah semestinya. Sekalipun melalui tangan siapa saja, bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran pasti akan tetap menjadi dasar penyebaran Islam. Dengan begitu, hulu Islamisasi tetap akan berasal dari Arab sebagai bangsa dan bahasa yang dipilih untuk diturunkannya Nabi Muhammad Saw. dan Al-Quran.

Dalam melihat proses Islamisasi kepulauan Nusantara yang padanya dibawa serta Al-Quran yang berbahasa Arab, Al-Attas justru dengan sangat jeli bagaimana pengaruh konsepsi-konsepsi bahasa Arab Al-Quran dalam mengubah paradigma dan cara pandang masyarakat. Oleh sebab itu, ia berusaha untuk menilik proses Islamisasi itu dari sudut pandang pemikiran dan falsafah. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang jenial dan relatif baru dalam memandang proses Islamisasi. Umumnya, para peneliti barat lebih berfokus pada sudut pandang sosial dan politik dalam melihat aspek-aspek Islamisasi di Nusantara. Pada aspek kebudayaan, terutama pada seni sastra dan artefak sebagai ekspresi kultural, dilihat oleh para peneliti Barat sebagai belum memperlihatkan pengaruh Islam yang signifikan. Bahkan, secara serampangan bahasa yang berkembang di kepulauan Nusantara inipun masih dipengaruhi oleh konsepsi Hindu-Budha. Oleh sebab itu, bagi mereka Islam tidak lebih hanya sebatas menjadi pelitur saja. Orang-orang masuk Islam hanya disebabkan faktor-faktor sosial-ekonomi yang lebih menguntungkan sebagai orang Islam dan faktor politik di mana raja-raja telah banyak yang memeluk Islam.

Al-Attas menolak sudut pandangan seperti itu. Tilikan semacam itu tidak menyentuh aspek paling dalam dari Islamisasi, yaitu pemikiran. Aspek pemikiran ini tidak bisa dilihat dari proses-proses sosial, ekonomi, dan politik. Pun tidak mungkin diungkap apabila analisis terhadap aspek kebudayaan dan bahasa semata-mata dilihat dari hasil-hasil karya sastra yang bersifat seni belaka yang hanya memuja keindahan, tanpa memedulikan isi pemikirannya yang beguna bagi kehidupan. Prosa-prosa yang mengandung unsur-unsur pemikiran serius dan konsepsi kebahasan yang matang banyak diabaikan seperti karya-karya Hamzah Fansuri yang diteliti dalam disertasinya.

Bagi Al-Attas, untuk sampai pada penelusuran pengaruh pemikiran dalam Islam yang nanti berdampak pada pembentukan semesta bahasa yang berlaku di kepulauan Nusantara ini, penelusuran sejarah harus bertumpu pada naskah-naskah tentang hal-hal mendasar dalam mengkonsepsi pemikiran. Tentu saja, naskah-naskah tersebut selain bernilai seni tinggi, juga mencerminkan pemikiran yang mendalam. Kesimpulan pendekatan semacam ini ditawarkan Al-Attas setelah ia secara sangat baik menulis mengenai naskah-naskah tulisan Hamzah Fansuri. Ia berkesimpulan bahwa inilah naskah ”melayu modern” paling penting dan paling berpengaruh hingga penulisnya layak disebut sebagau bapak sastra melayu modern, bukan Abdullah Munsyi yang terpengaruh oleh Barat. Karakter bahasa Melayu seperti yang tercermin dalam karya-karya Hamzah Fansuri inilah yang nanti diikuti oleh para penulis Melayu berikutnya seperti Abdul-Rauf Singkel, Syamsudin Pasai, dan Nurudin Al-Raniry. Semenjak itu pula, bahasa Melayu yang tersebar di masyarakat pun adalah bahasa melayu yang telah mendapat perubahan seperti dalam naskah-naskah Hamzah Fansuri itu.

Pertanyaannya kemudian, apa yang membuat bahasa seperti yang digunakan oleh Hamzah Fansuri itu disebut baru atau modern dan maju? Apa implikasinya terhadap proses Islamisasi? Untuk menjawab pertanyaan itu, Al-Attas membandingkan apa yang menjadi esensi dalam sejarah modern di Eropa dengan apa yang terjadi di kepulauan Nusantara. Di Eropa, kemoderenan muncul karena interaksi Eropa dengan umat Islam yang mengajarkan berpikir rasional dan ilmiah. Selama berabad-abad Eropa berada dalam kungkungan kebudayaan Romawi yang tidak pernah mengantarkan Eropa pada puncak kejayaannya. Baru setelah Islam masuk ke Eropa dan diperkenalkan kepada masyarakat Eropa, sekalipun mereka tidak kemudian menjadi Muslim, tapi unsur-unsur rasional dalam Islam inilah yang mereka jadikan dasar serius dalam mengembangkan kebudayaan mereka. Pendek kata, Eropa berubah menjadi rasional dan ilmiah setelah diajari oleh orang-orang Islam. Hal demikian tercermin dalam perubahan bahasa-bahasa Eropa setelah zaman modern.

Hal yang sama juga terjadi di kepulauan Nusantara yang berbahasa Melayu. Sebelum bersentuhan dengan Islam, bahasa Melayu Kuno adalah bahasa seni atau bahasa estetis. Semesta bahasa dikandungnya tidak menggambarkan pemahaman atas wujud secara rasional dan ilmiah. Wujud yang dihadapi hanya dilihat dari sudut estetika hingga pemahaman atas wujud tidak pernah melahirkan ilmu pengetahuan dan peradaban. Berbeda saat Islam datang ke wilayah ini. Al-Quran yang merupakan sumber pokok ajaran agama ini mengajarkan terlebih dahulu tentang konsepsi wujud secara benar. Wujud dipahami secara rasional dan ilmiah, bukan secara estetis. Misalnya, dalam paham Melayu Kuno yang dipengaruhi Hindu-Budha, alam ini dianggap hanya bayangan semu balaka sehingga dianggap sebagai ilusi apabila kehidupan dunia menjadi perhatian utama. Berbeda dengan Islam yang mengajarkan bahwa wujud kehidupan dunia ini adalah nyata, namun dia akan mengantarkan pada kehidupan yang lebih abadi kelak di akhirat. Untuk sampai ke sana, maka di dunia manusia hidup dilengkapi ruh. Pandangan semacam ini telah mengajarkan kepada masyarakat melayu tentang bagaimana seharusnya memperlakukan alam ini.

Konsepsi tentang wujud itu tercermin dalam bahasa Melayu-Islam, yaitu melalui kosa-kata yang banyak dipinjam dari bahasa Arab, bahasa yang berkembang sempurna karena menjadi bahasa Al-Quran. Pengayaan kosa kata bahasa Melayu dengan konsep-konsep kunci yang berasal dari Islam inilah yang telah memungkinkan orang-orang di kepulauan Nusantara ini secara mudah dapat memahami apa yang diajarkan Islam, yaitu cara-cara berpikir rasional dan ilmiah. Ini pula yang menyebabkan masyarakat di kawasan ini mulai meninggalkan dunia klenik dan mistik menuju dunia ilmiah-rasional yang berimplikasi pada kemajuan peradaban yang tinggi.

Sejarah menyaksikan bahwa pada setelah Islam berkembang di kawasan ini, Asia Tenggara menjadi kawasan yang maju secara peradaban dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Ekonomi berkembang sangat baik sebagai efek dari mulai berkembangnya ilmu pengetahuan dalam naungan Islam. Selama masa Islam ini pula naskah-naskah berbahasa Melayu-Islam dan bertuliskan huruf ”Jawi” (Arab Pegon) dihasilakan dengan sangat melimpah. Isinya bukan lagi seni sastra memuja-muja penguasa, melainkan berbagai aspek dalam dunia ilmu pengetahuan yang rasional yang dibutuhkan untuk sebuah kemajuan peradaban. Inilah yang sering luput dari perhatian para peneliti Barat. Oleh sebab itu, Al-Attas dengan sangat yakin berpendapat bahwa sarjana-sarjana Barat yang menggap Islam tidak berpengaruh pada sejarah masyarakat kawasan Nusantara telah melakukan kesalahan fatal dalam analisis mereka. Wallâhu A’lam. 



Sumber : Zilzaal
0 komentar

Ayo Pak Dahlan! Bongkar Praktik Upeti BUMN ke Politisi

Peniliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Yurist Oloan menyatakan mendukung Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan untuk mengungkap oknum politisi yang meminta upeti kepada BUMN.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan

“Kita dukung pak Dahlan Iskan membuka ke publik siapa politisi yang meminta upeti ke BUMN. Praktik semacam itu harus dibongkar biar publik tahu,” kata Yurist Oloan kepada Jurnal Nasional, Jumat (26/10) malam.

Menurut Yurist, apabila Dahlan Iskan bisa membuka ke publik mengenai praktik oknum politisi yang minta upeti ke BUMN maka bisa menjadi momentum untuk membongkar praktik buruk itu.

Yurist juga menyerukan kepada BUMN agar tidak menjadi sapi perah dari partai politik tertentu atau politisi tertentu.


Meski sulit dibuktikan praktik upeti dari BUMN ke elit parpol atau oknum politisi DPR, namun Yurist membenarnya sinyalemen praktik tersebut.

Menurut Yurist, praktik upeti bisa dimungkinkan terjadi karena beberapa pejabat BUMN merupakan titipan dari parpol tertentu. “Makanya jangan heran kalau ada semacam jatah-jatahan dan adanya upeti ke politisi tertentu,” katanya.

Dia meyakini tidak semua anggota DPR meminta upeti ke BUMN. Akan tetapi, dia tak membantah ada praktik tersebut. “Biasanya praktik upeti itu karena oknum perantara terutama BUMN yang bermasalah. Tidak semua anggota DPR langsung menodong BUMN. Itu ada perantara dan hanya orang tertentu,” kata Yurist.

Yurist mencurigai praktik pemberian upeti oleh BUMN kepada politisi terjadi saat kunjungan kerja anggota DPR. Misalnya, BUMN yang bermasalah, tidak ingin permasalahannya diungkap ke publik.

“Ada banyak BUMN bermasalah, misalnya BUMN itu merugi. Saat kunjungan kerja anggota DPR tidak melakukan pengawasan secara ketat atau sengaja mendiamkan BUMN bermasalah. Di situlah potensi upeti itu terjadi,” katanya.

“Sebetulnya banyak BUMN yang merugi atau bermasalah tapi itu tidak diungkap oleh DPR,” katanya lagi.

Dengan adanya praktek pemberian upeti, menurut Yurist, membuat pengawasan anggota DPR kepada BUMN menjadi tumpul.

Sebelumnya, Peneliti Divisi Investigasi Indonesia Corruption Watch (ICW) Tama S Langkun, Jumat (26/10), mengatakan kasus-kasus menyangkut permintan upeti dari DPR RI terkait berbagai proyek kementerian maupun BUMN dinilai lebih sebagai mata rantai.

Pemberantasannya sulit jika dilakukan hanya dalam lingkup DPR. Karena itu lebih baik yang "disapu bersih" adalah jajaran kementerian dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Upeti itu sebetulnya seperti mata rantai. Kalau di DPR sendiri dibersihkannya memang sudah sangat sulit. Ini pun banyak yang sudah diusut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Tapi sampai kini masih tetap ada,” katanya.


Sumber : Jurnas
0 komentar
 
Support : Creating Website | T. Raflie Robi Sonata |
Copyright © 2013. Info Kita Saja - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Obyz Pharmacist
Proudly powered by Blogger