••••Selamat Datang di Info Kita Saja Blog••••
Terbaru Hari Ini
print this page
Postingan Baru
Tampilkan postingan dengan label Budaya Bangsa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya Bangsa. Tampilkan semua postingan

Ini Dia Perancang Batik yang digunakan Tim Arsenal...?

Para punggawa klub Arsenal ternyata menyuguhkan kado spesialnya bagi para pendukung The Gunners Indonesia. Sebelum bertolak ke Jakarta, enam pemain klub raksasa London Utara itu mengenakan pakaian khas Indonesia, batik.

Ini Dia Perancang Batik yang digunakan Tim Arsenal...?
 

 

Dalam video berdurasi 1 menit 36 detik di situs resmi Arsenal, Tomas Rosicky, Olivier Giroud, Mikel Arteta, Lukas Podolski, Per Mertesacker, dan Wojciech Szczesny mengenakan batik untuk sesi pemoretan yang istimewa. Pemoretan itu dilakukan di The Shenley Training Centre, tempat latihan Arsenal.

Batik yang dikenakan tim ini berhiaskan logo klub dengan dua desain. Batik warna merah dikenakan Podolski dan Szczesny yang didominasi warna merah dengan logo Arsenal. Sementara Arteta, Giroud, Rosicky, dan Mertesacker mengenakan batik dengan perpaduan hijau, putih, merah marun, dan cokelat bermotif seperti bunga melati dan matahari.

Siapa sebenarnya siapa perancang batik untuk tim Arsenal? Tempo menghubungi Ade Kartika, Vice Precident Alleira. "Wah, tim Arsenal pakai batik ke Indonesia?" kata Ade melontarkan pertanyaan. "Saya tidak tahu siapa yang merancang batik yang mereka kenakan. Bukan kami Alleira. Secara pribadi, kalau kami yang diberi kesempatan dan memiliki akses sangat ingin sekali. Tetapi sungguh kami tidak tahu menahu," kata Ade yang dihubungi melalui telepon seluler, Jumat, 12 Juli 2013.

Selama ini Alleira pernah mendapat kesempatan mendandani beberapa tamu internasional dengan batik. Di antaranya adalah bintang tamu musisi internasional di acara Java Jazz, beberapa Miss Universe, dan para tokoh dunia yang menghadiri acara konferensi di Indonesia.

Berdasarkan pengamatan Ade , dia melihat batik dalam foto tim itu--yang bergaya dengan batik--berasal dari pengerajin Yogya. "Dengan melihat fotonya, saya kira batik yang dipakai karya pengerajin asal Yogya. Saya pernah membaca sebuah artikel di Yogya ada salah satu pengerajin yang suka membuat batik dengan logo-logo kesebelasan bola. Bisa jadi mereka yang diminta Arsenal membuatkan batiknya," ungkap Ade panjang lebar.

Sementara perancang Era Soekamto yang dihubungi melalui pesan singkat blackberry menuliskan, "Aku enggak tahu Mbak siapa yang merancang batik untuk tim tersebut."

Dalam pesan tersebut, Era menuliskan dia ikut bangga batik pun kini dipakai oleh tim dunia seperti Arsenal. "Batik memang memiliki masa depan global dan menjadi kebanggaan Indonesia," ujarnya. (Tempo)
0 komentar

Miris, Ada Lagi Cerita Mesum di Buku Pelajaran SD

Orang tua siswa SD di Bogor, Jawa Barat, resah dengan beredarnya buku pelajaran anak mereka yang berisi kalimat berbau mesum. Buku berjudul 'Aku Senang Belajar Bahasa Indonesia' untuk siswa kelas enam SD itu beredar di SDN Polisi 4 Kota Bogor. 


Informasi soal buku itu dimuat dalam blog Komite SDN Polisi 4 Bogor. Seperti dikutip dari komitesdnpolisi4.blogspot.com, kejanggalan terungkap setelah salah satu orang tua membagi cerita.

Seorang ibu menuturkan bahwa pada Senin malam, 8 Juli 2013 kemarin, putrinya mempertanyakan maksud yang terkandung dalam wacana buku paket pelajaran Bahasa Indonesia terbitan CV Graphia Buana halaman 55-60 itu.


Sang ibu yang juga berlatar belakang ilmu kependidikan dan seorang guru dibuat terperanjat ketika membaca wacana yang disadur dari AkmalBlog tersebut.

Di sana tertulis kata-kata yang tidak pantas dibaca anak SD. Tulisan itu terdapat dalam cerita berjudul 'Anak Gembala dan Induk Serigala'. Cerita itu mengkisahkan seorang pekerja seks di sebuah warung remang-remang.

Dia bingung menerangkan, karena meskipun putrinya hobi membaca, tapi tak pernah bersentuhan dengan tema bacaan semacam itu. "Sang ibu berbagi informasi karena khawatir jangan-jangan hanya dia yang mempersepsikan isi wacana dalam buku yang disusun oleh Ade Khusnul dan M.Nur Arifin edisi cetakan pertama Maret 2013 tersebut tidak layak dibaca siswa-siswi kelas enam."

Sejumlah orang tua yang geram dengan isi buku itu langsung melaporkannya ke Dinas Pendidikan Kota Bogor. Salah seorang orang tua siswa yang tidak mau disebutkan namanya, mengaku membeli buku paket pendamping setebal 145 halaman itu dari luar sekolah.

Berikut salah satu penggalan cerita di buku itu:

Kali ini, dia membulatkan tekad untuk berkuasa sepenuhnya pada daya tubuhnya. Hanya itu yang dia punya. Hanya itu, Maka…

“Bergairahlah lelakiku. Aku ingin sekali menyempurnakan keinginanmu.”

Lelaki itu tersenyum lebar. Dia mengulurkan segelas minuman pada perempuan itu yang segera disambut dan dituntaskan dalam satu tegukan. Mereka tenggelam dalam pelukan dan ciuman.


Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Fetty Qondarsyah, menyesalkan beredarnya buku yang berbau seks tersebut. Instansinya baru menerima laporan dari dua sekolah, yakni SDN Polisi 4 dan SDN Gunung Gede.

"Kami akan mengumpulkan seluruh Kepala Sekolah yang telah mewajibkan orang tua siswa untuk membeli buku tersebut. Kami akan menarik peredaran buku di wilayah Kota Bogor," kata Fetty, Rabu, 10 Juli 2013.

Dia mengaku sudah melarang penjualan buku di sekolah. Seharusnya, kata dia, sebelum beredar, setiap buku diketahui oleh Dinas Pendidikan. Kepala Sekolah tidak boleh langsung menetapkan buku tersebut sebagai buku bacaan siswa.

"Saya kaget, tema bacaan tersebut disadur dari sebuah blog 'AkmalBlog' kemudian terlewati oleh tim penyunting penerbit," ucapnya.

Dinas Pendidikan Bogor berjanji untuk menyelidiki lebih lanjut. Dia juga akan minta klarifikasi dari pihak penerbit, CV Graphia Buana.

VIVAnews belum berhasil mendapatkan konfirmasi dari penerbit. Saat didatangi Rabu siang, kantor CV Graphia Buana, jalan Temanggung Wiradireja, Tanah Baru, Bogor Utara, Kota Bogor, sepi. Pintu pagar tertutup rapat. "Tidak ada orangnya mas," kata seorang pria yang ditemui di depan kantor CV Graphia Buana.

Dari istri simpanan hingga foto Miyabi

Buku pelajaran berisi materi tak mendidik juga pernah beredar di sejumlah daerah. Pada akhir 2012 lalu orang tua siswa SD di Kudus, Jawa Tengah, resah dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bahasa Jawa kelas tiga SD yang berisi pesan tidak pantas.

Dalam buku terbitan CV Sindunata Sukoharjo, Jawa Tengah, itu diceritakan seorang kakek yang memiliki resep awet muda dengan mengisap ganja sebelum tidur, minum-minuman keras dua botol dan menghabiskan rokok dua bungkus.

Manajer CV Sindunata Sukoharjo, Yatim Arohmah, membantah pembuatan LKS itu tanpa pertimbangan. Dia mengaku punya niat baik dengan mencetak LKS tersebut. Selain Kudus, LKS sudah beredar di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah, termasuk Solo. "Di kota lain LKS yang beredar tidak bermasalah. Tetapi di Kudus oleh salah satu SD dianggap bermasalah."

Kejadian serupa terjadi di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pada Desember tahun lalu, Kepala Sekolah khawatir dengan isi buku panduan ensiklopedia. Sebab dalam buku tersebut terdapat gambar berbau porno.

Kepala SD Negeri 1 Sabilambo, Sulwan Sofian, mengatakan gambar berbau porno itu terdapat pada materi seni rupa. "Ada gambar perempuan dengan posisi menyamping dan tanpa menggunakan busana," ujar Sulwan.

Buku panduan ensiklopedia yang berasal dari bantuan Kemendikbud tahun 2011, telah diamankan untuk mengantisipasi agar tidak dibaca oleh murid-murid SD.

Kemudian pada September 2012, sebuah LKS yang memuat foto bintang porno asal Jepang, Maria Ozawa alias Miyabi, dibagikan kepada murid kelas tiga di SMP swasta di Mojokerto, Jawa Timur. Berdasarkan laporan yang diterima Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Jawa Timur, pemasangan foto Miyabi pada LKS itu tidak disengaja. "Mereka mengaku kecolongan," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud, Ibnu Hamad.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengawasan buku pelajaran dan penunjang menjadi tugas Kementerian melalui Pusat Kurikilum dan Perbukuan.

Sedangkan, pengawasan untuk LKS menjadi urusan dinas di daerah. "Jadi, sebelum LKS diedarkan, Dinas Pendidikan daerah, dalam hal ini provinsi dan kabupaten atau kota, harus menyeleksi dengan ketat," kata Ibnu.

Namun, tambah Ibnu, karena LKS yang dianggap bermasalah telah berulang kali terbit, muncul gagasan pengawasan seluruh buku pelajaran, termasuk LKS, akan diawasi secara terpusat oleh Kemendikbud langsung.

Kemendikbud meminta Dinas Pendidikan di daerah untuk lebih selektif sebelum mengedarkan buku kepada para siswa. "Kami harap sekali peran dari Dinas Pendidikan provinsi dan kota untuk menyeleksi buku yang akan diberikan pada siswa. Selain itu, peran para guru juga penting," katanya.

Cerita 'Bang Maman dari Kali Pasir' juga sempat menggegerkan dunia pendidikan Ibukota, Jakarta, pada April 2012 lalu. Kisah istri simpanan itu ada di buku muatan lokal Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta. Adalah Intan Budi Utoyo, orang tua Adivia Hana, siswa kelas dua SD Angkasa IX, Halim, Jakarta Timur, yang menemukan keganjilan itu. Dia terkejut sebab dalam buku anak-anak SD itu ternyata ada cerita yang dinilai tak pantas.

Intan kaget ketika tiba-tiba anaknya menanyakan soal istri simpanan. Pertanyaan mengenai istri simpanan muncul saat Intan meminta anaknya membaca buku pelajaran itu sebagai persiapan untuk melaksanakan ujian.

Pihak penerbitnya, CV Media Kreasi, telah meminta maaf kepada seluruh siswa dan orang tua murid. "Saya memohon maaf kepada semuanya atas kejadian ini. Mungkin bahasanya yang salah. Seharusnya tidak pakai istri simpanan," ujar pemilik penerbit, Haryanto. "Yang jelas tidak ada kesengajaan dari kami. Saya mohon maaf sampai jadi begini," katanya.


Sumber : VivaNews
0 komentar

Malaysia Dukung Bahasa Indonesia Mendunia

Menteri Penerangan Malaysia, Datuk Sri Utama Rais Yatim, mengusulkan bahasa Indonesia sebagai bahasa dunia kelima. Alasannya, bahasa Indonesia dipakai hampir 300 juta penduduk, baik di Indonesia maupun Malaysia. "Kita usulkan itu, dan secara informal saya sudah katakan pada Menteri Komunikasi dan Informasi RI, Tifatul Sembiring. Dia (Tifatul) bilang usul menarik yang perlu dipelajari dan ditindaklanjuti," kata Rais, di Kuala Lumpur, Selasa (29/1).

Malaysia Dukung Bahasa Indonesia Mendunia


Berbicara di hadapan sejumlah wartawan Indonesia, Rais Yatim mengatakan, jika Indonesia setuju, perlu dibuat semacam joint committee untuk mengembangkan lebih lanjut. "Malaysia tidak akan berdiri di depan, melainkan agar Indonesia yang berperan, karena pengguna bahasa Indonesia lebih banyak di Indonesia," kata Rais.


Rais Yatim yang pernah menjadi menlu, lebih lanjut, mengatakan budaya dan pemikiran Barat telah merasuk ke mana-mana sehingga generasi muda menganggap yang terbaik adalah yang dari Barat. Budaya Melayu dan bahasa Indonesia bisa menjadi alternatif. Menjawab pertanyaan tentang naik-turunnya hubungan Indonesia dan Malaysia di mata masyarakat, hubungan Indonesia-Malaysia seharusnya seperti pengantin baru, artinya masing-masing melindungi kelemahan dan menjaga perasaan sehingga tidak akan timbul persoalan persepsi yang keliru.

"Jangan membuat isu yang bisa menimbulkan masalah sebab kita sedayung, sederep, sejalan," kata Rais. Dalam kaitan ini, Rais melihat jika media tidak meributkan masalah hubungan kedua negara, masalah tidak akan muncul.

Menjawab pertanyaan soal TKI yang sering menimbulkan masalah, Rais mengatakan setuju bila penempatan TKI ke Malaysia tidak melalui agen, tapi resmi antarnegara. Namun, pihak Indonesia mungkin banyak ditentang agen atau PJTKI. "Bagi kami, bila antar pemerintah akan mengurangi berbagai ekses karena agen pasti mencari untung sebesar-besarnya.



Sumber : KJ
0 komentar

Menggugat Mitos Bangsa Bodoh Ciptaan Kolonialisme Barat

Penulis : Agus Sunyoto, Pengasuh di Pesantren Budaya Nusantara

Dalam Sarasehan Ahad Pagi yang bertema ‘Indonesia di tengah arus globalisasi’ dengan narasumber Prof Nafaq al-Bahluli, Ph.D, seorang pakar sejarah sosial. Seperti lazimnya doktor lulusan luar negeri, Prof Nafaq al-Bahluli memiliki pandangan miring bersifat stigmatis terhadap orang-orang Indonesia yang  dikenal sebagai pribumi  pemalas, etos kerjanya rendah, lebih suka menggunakan perasaan daripada akal, suka pamer, pemikirannya diliputi  takhayul, suka berangan-angan, kurang memiliki kemampuan untuk bersaing, dan agak  sedikit bodoh. Itu sebabnya, menurut Prof Nafaq al-Bahluli, di era global ini orang-orang Indonesia hanya berkedudukan sebagai konsumen karena tidak mampu memproduksi komoditas apalagi mendistribusikannya.

Menggugat Mitos Bangsa Bodoh Ciptaan Kolonialisme Barat
foto : http://niadilova.blogdetik.com

Untuk menunjukkan bukti ketidak-mampuan orang-orang Indonesia bersaing di era global, Prof Nafaq al-Bahluli memaparkan kemajuan bangsa Eropa di bidang IPTEK yang jauh tidak terkejar, yang pengaruhnya terlihat pada  sejumlah istilah teknologi Belanda dalam bahasa Indonesia seperti:  Kusir (koetsir), sopir (chauffeur), cek (check), sekop (schoppen), sepur (spoor), spon (spons), slot, grendel, engsel, radio, lampu, gelas,  delman, hotel, jodium, kantoor, bank. Pos (post), bromfiets,  bom, buku (boek), dok, bioskop (bioscoop), plafon, klompen, dll. “Kalau bikin alas kaki yang disebut klompen saja meniru Belanda, apa yang bisa dibikin oleh bangsa ini?” kata Prof Nafaq al-Bahluli dengan nada mengejek lalu melanjutkan,”Bagaimana bisa menyaingi USA, Jepang, Cina, Jerman, Perancis, inggris, bahkan Thailand dan Vietnam kalau bikin peniti saja tidak bisa. Peniti saja impor dari Cina.”
 


Pada saat sesi dialog dibuka Dullah yang tersinggung mencecar Prof Nafaq al-Bahluli dengan memaparkan bukti-bukti kemampuan orang-orang Indonesia memproduksi komoditas yang bisa bersaing di tengah perdagangan global seperti sepeda motor, mobil, televisi, radio, kulkas, pesawat terbang, dll. “Apakah Anda mengingkari fakta bahwa bangsa kita sudah mampu memproduksi mobil Kijang, motor Revo, pesawat Tetuko CN-120, TV Sony, radio Telesonic, kulkas Sharp?” kata Dullah.

“Itu bukan masuk prestasi yang berkaitan dengan kemampuan anak bangsa Indonesia di bidang teknologi,” kata Prof Nafaq al-Bahluli meremehkan.
“Apa Anda mengingkari fakta?” sergah Dullah dengan nada tinggi.

“Tidak ada yang mengingkari fakta,” sahut Prof Nafaq al-Bahluli,”Sebab mobil Kijang yang Anda maksud itu sejatinya adalah mobil Toyota bikinan Jepang. Mobil Kijang diproduksi di Indonesia untuk alasan pemasaran belaka. Jadi, hanya nama saja yang Indonesia: Kijang. Sejatinya itu produk Jepang. Motor Revo, Astrea, Supra, King, Vario sejatinya adalah motor Honda bikinan Jepang yang meluaskan produksi dengan membangun pabrik di Indonesia. Begitu juga dengan produk radio, televisi, kulkas, kipas angin adalah bikinan Jepang yang meluaskan pasar dengan memproduksi di Indonesia. Pesawat pun, itu mencontoh Cassa Spanyol. Bahkan pabriknya sudah bangkrut.”

Dullah diam. Semua peserta sarasehan diam menarik nafas berat atas fakta-fakta yang disodorkan Prof Nafaq al-Bahluli terkait kebodohan dan kemalasan orang-orang Indonesia. Prof Nafaq al-Bahluli sendiri  memandangi hadirin sambil senyum-senyum mengejek.

Tanpa terduga, tiba-tiba Sufi Sudrun bertanya,”Saya mau tanya soal teknologi meriam alias kanon, prof, boleh tidak?”

“Oo silahkan, boleh saja,” sahut Prof Nafaq mengerutkan kening.
“Siapa yang mengembangkan teknologi meriam pertama kali?” tanya Sufi Sudrun.


“Sebagaimana kita ketahui dari sejarah, teknologi pembuatan meriam dikembangkan bangsa Eropa pada abad ke-15. Karena itu, orang-orang Indonesia selalu kalah bertempur melawan Belanda karena tidak punya meriam. Mana mungkin meriam dan senapan dilawan tombak, keris, pedang, panah, kelewang?” jawab Prof Nafaq al-Bahluli menjelaskan.


“Ah rupanya pengetahuan sejarah Anda belum lengkap, prof,” tukas Sufi Sudrun tegas.
“Belum lengkap bagaimana?” sergah Prof Nafaq,”Apa maksudnya?”
“Anda harus membaca lebih detail sejarah perjalanan Vasco da Gama dari Eropa ke India.”


“Mmm, bukankah dia masuk ke Calicut di India tahun 1498?”
“Itu benar, tapi yang saya maksud bagaimana sambutan Samutiru, penguasa Calicut terhadap kehadiran Vasco da Gama waktu itu?”
tanya Sufi Sudrun.


“Kalau tidak salah, Vasco da Gama disambut dengan salvo tembakan bedhil ke udara.”
“Berarti saat Portugis pertama datang ke India, penduduk India sudah menggunakan bedhil, benar begitu kan?”
kata Sufi Sudrun dengan nada tanya.


“Hmm, kayaknya begitu.”
“Tahun 1510, 12 tahun pasca kedatangan Vasco da Gama, d’Abuquerque membawa kapal-kapal akan menyerang Malaka karena Sultan Malaka telah menawan anak buahnya yang dipimpin Diego de Coelho. Lewat kurir Diego de Coelho mengirim surat kepada d’Albuquerque, memperingatkan agar pimpinannya itu tidak gegabah menyerang Malaka. Apakah kira-kira alasan Diego de Coelho meminta pimpinannya itu agar tidak gegabah?”
tanya Sufi Sudrun.


“Kalau tidak salah Diego de Coelho memperingatkan d’Albuquerque tentang meriam-meriam ukuran besar yang melindungi bandar Malaka,” kata Prof Nafaq al-Bahluli.
“Menurut Diego de Coelho, darimana meriam-meriam itu didatangkan?”
“Dari Jawa.”
“Berarti dari Majapahit dan Demak, bukan?”
tanya Sufi Sudrun.
“Kayaknya begitu pak.”
“Dalam sastra  Majapahit Kidung Panji Wijayakrama disebutkan keberadaan alat perang yang disebut BEDHIL  dan BEDHIL BESAR serta istilah JURU MUDI NING BEDHIL BESAR. Apa kira-kira makna alat-alat perang itu?”
kata Sufi Sudrun dengan suara ditekan.


“Eee kalau tidak salah BEDHIL adalah Senapan dan BEDHIL BESAR adalah Meriam, sedang JURU MUDI NING BEDHIL BESAR adalah operator Meriam,” sahut Prof Nafaq al-Bahluli.


“Berarti jauh sebelum Portugis datang ke India tahun 1498, orang Majapahit dan Demak sudah memproduksi BEDHIL dan BEDHIL BESAR yang diperdagangkan sampai ke Malaka. Bukankah seperti itu kesimpulannya, prof?” kata Sufi Sudrun

Prof Nafaq al-Bahluli diam.

“Bagaimana sampeyan dan para sejarawan didikan sekolah menetapkan fakta palsu bahwa senapan dan meriam itu yang memperkenalkan bangsa Eropa? Tidakkah itu mengingkari bahwa penemu mesiu adalah Cina? Bukankah meriam pertama kali digunakan oleh Jenghiz Khan pada pertengahan abad ke-13? Bukankah Majapahit yang letaknya lebih dekat dengan Cina dengan cepat melakukan alih teknologi dibanding Eropa yang sangat jauh dari Cina?” tanya Sufi Sudrun berantai.

Prof Nafaq al-Bahluli termangu-mangu bingung.

“Kalau pada awal abad 15 orang Majapahit dan Demak sudah mampu memproduksi senapan dan meriam,” kata Sufi Sudrun dengan nada tinggi,” Dari aspek mana sampeyan menyimpulkan Bangsa Indonesia adalah bangsa goblok, pemalas, emosional, tidak mampu membuat karya apa-apa kecuali menjadi konsumen pengguna produk bangsa Barat?”



Sumber : Theglobal Review
0 komentar

Dari Riset Sejarah Untuk Kebangkitan Bangsa

Rasanya Aneh dan tidak masuk akal, upaya Viddy dan Sufyan yang ingin mengangkat nama Gajah Mada sebagai tokoh sejarah kelahiran Modo, Lamongan, justru dijegal dan tidak dihargai oleh oknum-oknum pejabat Pemkab Lamongan itu sendiri. Padahal di Malaka, Malaysia, Gubernurnya alias Menteri Besarnya mengeluarkan biaya jutaan ringgit (setara milyaran rupiah) untuk menghargai para peneliti sejarah yang mengangkat tokoh sejarah Hang Tuah.


Dua peneliti situs-situs Nusantara, Viddy Ad Daery dan Sufyan Al-Jawi dari Lembaga Yamasta, ditawari kerjasama sinergi dengan Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran,Lamongan, untuk bekerjasama menjayakan kemajuan harkat dan martabat bangsa yang sedang terpuruk, antara lain membentuk Ludruk Gajah Mada.

Ki Semar Suwito, Manager Program Siaran Persada TV  milik Pesantren Sunan Drajat  menyarankan agar Viddy dan Sufyan banyak bekerjasama dengan Pondok Sunan Drajat, kalau memang upaya mereka selalu dijegal oleh oknum-oknum Disbudpar Kabupaten Lamongan.


“Adalah aneh dan tidak masuk akal, upaya Viddy dan Sufyan yang ingin mengangkat nama Gajah Mada sebagai tokoh sejarah kelahiran Modo, Lamongan, justru dijegal dan tidak dihargai oleh oknum-oknum pejabat Pemkab Lamongan itu sendiri. Padahal di Malaka, Malaysia,  Gubernurnya alias Menteri Besarnya mengeluarkan biaya jutaan ringgit (setara milyaran rupiah) untuk menghargai para peneliti
sejarah yang mengangkat tokoh sejarah Hang Tuah.” Kata Semar Suwito geram.

Hal itu dikatakan oleh Semar Suwito yang di masa mudanya sering menyutradarai sinetron-sinetron produksi TPI ( Televisi Pendidikan Indonesia ), setelah usai acara rekaman Wawancara Budaya dengan Viddy Ad Daery dan Sufyan Al-jawi di Studio Persada TV untuk disiarkan di Persada TV Drajat, Paciran, yang daya jangkaunya meliputi radius Lamongan, Gresik, Bojonegoro dan Tuban.

Menurut Semar Suwito, Pondok Sunan Drajat Paciran Lamongan mempunyai hubungan baik dengan Gubernur Jawa Timur, Pakdhe Karwo dan Mendikbud, Ir. Moh. Nuh, sehingga sinergi tersebut diharapkan akan disambungkan dengan channel yang berwenang, sehingga dapat mencapai goalnya, untuk mengangkat folklore Modo dan sejarah Nusantara, bahwa Gajah Mada adalah kelahiran
Modo, Lamongan.

Disamping itu, Persada TV bekerjasama dengan PARFI Jawa Timur pada awal 2013 akan membentuk Ludruk PARFI dengan mengutamakan pentas-pentas yang menampilkan lakon GAJAH MADA episode masa kecilnya versi Folklor Modo Lamongan.

Bagi Viddy, tawaran itu sangat berharga dan pihaknya akan sangat tertantang untuk mewujudkan aneka kerjasama untuk mengangkat Gajah Mada, lewat pementasan ludruk, penerbitan buku dan pembuatan sinetron.

Menurut Viddy, bahkan sudah ada dua penerbit yang menyatakan bersedia menerbitkan buku-bukunya.

Sedang menurut Sufyan Al-Jawi, yang lebih penting lagi adalah , Gajah Mada harus dijadikan sumber inspirasi, baik pemikirannya, langkah-langkah politiknya, maupun kepribadiannya yang luhur.

“Bagi bangsa yang sedang terpuruk ini, para pemimpinnya yang sebagian besar adalah ‘penggembos’ bangsa, wajib meneladani kepribadian Gajah Mada yang mampu menjayakan masyarakat Nusantara menjadi bangsa besar, dengan cara membaktikan sebagian besar hidupnya untuk kesejahteraan bangsa, dan justru malah kehidupan pribadinya banyak dikorbankan. Nah,para pemimpin kita kan justru sebaliknya, mereka mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi, justru dengan cara mengorbankan rakyat !” tandas Sufyan Al-Jawi kepada PelitaOnline.com



Sumber : Pelitaonline
0 komentar

Konspirasi Sejarah Dan Arkeologi Indonesia

Isu kejatidirian bangsa Indonesia, bahwa Indonesia adalah pusat peradaban dunia, semacam Atlantis, dalam pengamatan saya mengemuka dalam tiga tahun terakhir ini. Ini seiring dengan terbitnya terjemahan dua buku kontroversial, "Atlantis itu Indonesia" (Arysio Santos, 2009) dan "Eden in the East" (Stephen Oppenheimer, 2010). Saya berandai-berandai, bila kedua buku itu tidak diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia, mungkin isu kejatidirian bangsa tak mengemuka serius sekarang, meskipun Soekarno sudah meneriakkan soal jati diri bangsa lebih dari 50 tahun yang lalu.

Konspirasi Sejarah Dan Arkeologi Indonesia


Buku Atlantis itu kemudian melahirkan banyak buku lain tulisan orang-orang Indonesia yang umumnya mendukung bahwa Atlantis itu Indonesia. Beberapa kalangan pejabat atau tokoh masyarakat pun ramai-ramai mendukung tesis yang digulirkan Santos ini entah apa tujuannya, mungkin berusaha mengangkat jatidiri bangsa yang mungkin dalam pandangan mereka tengah merosot. Saya dengar sendiri itu diucapkan dari seorang tokoh politik terkenal ketika saya diundang membedah buku Atlantis oleh penerbitnya. Sayangnya, hampir tak ada buku-buku ikutan itu ditulis dengan riset mendalam, hanyalah memanfaatkan isu.


Lalu tesis bahwa Indonesia pusat peradaban dunia ini kemudian bergulir terus dan menjadi seperti bola salju, semakin bergulir menjadi besar. Dibentuklah lembaga-lembaga masyarakat atau komunitas-komunitas penghayat bahwa Indonesia adalah pusat peradaban dunia atau Indonesia adalah Atlantis. Lalu isu bahwa Indonesia "negeri 1000 piramida" pun mencuat. Beberapa gunung atau bukit kerucut mulai dicurigai sebagai piramida yang jauh lebih tua dari Mesir, beberapa bukit itu disurvei, digali, dibongkar.

Terjadilah perdebatan di antara kalangan ilmuwan Indonesia juga di antara masyarakat yang pro dan kontra atas tesis ini. Sukuh, Cetho, Panataran, Gunung Padang, Gunung Lalakon, Gunung Sadahurip tiba-tiba naik ke permukaan, padahal sebelumnya, sebelum lima tahun lalu tak ada yang meributkannya, tenggelam di bawah permukaan.

Belakangan saya juga mengamati, muncul isu bahwa sejarah Indonesia yang kita kenal selama ini, yang pernah kita pelajari di sekolah dasar-menengah, yang diajarkan kepada para mahasiswa sejarah, dan yang telah menghasilkan para sejarawan besar Indonesia seperti Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo, juga para ahli arkeologi besar Indonesia seperti R Soekmono, RP Soejono adalah sejarah dan arkeologi yang palsu, sejarah dan arkeologi buatan Belanda, penjajah. Semua sejarah dan arkeologi yang beredar itu adalah sejarah yang bohong besar yang ditujukan agar Indonesia tak punya jati diri.

Isu ini mengatakan sejarah yang kita kenal sekarang ini adalah hasil perbuatan konspirasi Belanda atau negara-negara Barat lainnya untuk mengecilkan Indonesia. Maka isu ini mau tak mau menyulut 'peperangan' antara para sejarawan dan arkeolog dengan para penganut teori konspirasi...

Para penganut teori bahwa sejarah Indonesia itu palsu atau bohong besar menggunakan tesis dari penulis Swedia Juri Lina, yang pada tahun 2004 menulis buku kontroversial "Architects of Deception- the Concealed History of Freemasonry". Dalam bukunya ini, Juri Lina berpendapat bahwa ada tiga cara untuk melemahkan dan menjajah suatu negeri :
 

  1. Kaburkan sejarahnya 
  2. Hancurkan bukti-bukti sejarahnya agar tak bisa dibuktikan kebenarannya
  3. Putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya, katakan bahwa leluhurnya itu bodoh dan primitif.

Menurut kalangan penganut teori konspirasi, bahwa sejarah Indonesia itu adalah buatan Belanda, buatan Freemasonry, buatan Knights of Templar, buatan Illuminati - kalangan ini juga diilhami oleh novel kontroversial yang mengaduk-mengaduk fakta dan fiksi Dan Brown, "the Davinci Code" atau "the Lost Symbol" yang menggambarkan bahwa banyak konspirasi2 itu bekerja. Bahwa leluhur Indonesia itu berkebudayaan sangat tinggi, bahkan Indonesia itu pusat kebudayaan dunia, adalah usaha-usaha untuk meredam tesis no 3 dari Juri Lina.

Riuh sekali dalam tiga tahun ini atas semua isu tersebut, menyambar perdebatan atau lebih tepatnya "peperangan" di antara para ilmuwan, kelompok-kelompok masyarakat yang pro dan kontra.

Di mana kita sebenarnya berdiri? Apa yang sebenarnya tengah terjadi? Mungkin tidak mudah untuk menjawabnya. Kita lihat saja. Saya punya pendapat, Anda pun punya pendapat. Milikilah analisis dan argumen yang kuat, jangan sekadar ikut arus.



Sumber : GFI
0 komentar

Ruatan Mobil listrik "Ferrari" - Ketika Teknologi Bertemu Dengan Budaya Bangsa

Menteri BUMN Dahlan Iskan akan melakukan upacara selamatan terhadap mobil listriknya "Ferrari" Tucuxi meskipun mendapat kecaman dari penciptanya Danet Suryatama.

"Acara yang disebut Murwat Kolo itu agar mobil Tucuxi terhindar dari segala bahaya, bala, dan fitnah dari mana pun," kata kata Kepala Bagian Humas dan Protokoler Kementerian BUMN, Faisal Halimi, di Jakarta, Jumat.


Ruatan Mobil listrik "Ferrari" - Ketika Teknologi Bertemu Dengan Budaya Bangsa

Rencananya ruwat akan dilakukan di Solo pada hari Sabtu (5/1) dalam sebuah upacara mandi kembang yang akan dilakukan dalang terkenal Ki Manteb Sudarsono.

Dijelaskan, ruwatan akan dilaksanakan tepat pada pukul 13.00 WIB lewat 11 menit, karena menurut hitungan Tahun Soko merupakan saat yang paling tepat untuk upacara Murwat Kolo.

"Selesai Murwat Kolo, Dahlan Iskan akan mengendarai mobilnya menuju Surabaya melewati rute Tawangmangu, wilayah sejuk dan nyaman dengan ketinggian sekitar 1.305 meter di atas permukaan laut," kata Faisal.


Selanjutnya, melewati Sarangan dan Magetan yang merupakan kota kelahiran Dahlan Iskan, dan berakhir di Surabaya.

Sebelumnya, Kamis (3/1) pencipta mobil listrik "Ferrari" Tucuxi, Danet Suryatama mengaku kecewa terhadap Dahlan Iskan yang membiarkan adanya pelanggaran hak cipta mobil buatannya oleh bengkel Kupu-Kupu Malam.

"Saya kecewa. Tanpa sepengetahuan saya mesin mobil Tucuxi itu dibongkar. Ini tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah kami buat," kata Danet.

Menurut Danet, pembongkaran mesin dilakukan diam-diam di bengkel modifikasi Kupu-Kupu Malam berlokasi di Sleman, Yogyakarta, yang mengakibatkan kerahasiaan soal teknologi mobil ini terbuka.

"Dahlan sebagai pemilik mobil seharusnya tahu bahwa urusan mesin seharusnya diserahkan kepada saya. Bukan Kupu-Kupu malam," tegas Danet.

Dengan begitu ditambahkannya, terindikasi bahwa Kupu-Kupu Malam sedang melakukan "penjiplakan" teknologi mobil listrik tersebut. 



Sumber : Antara
0 komentar

Lemari Besi Kerajaan Sri Indapura Riau Menanti Juru Pembukanya

Lemari besi umumnya digunakan untuk menyimpan harta berharga para pemiliknya. Namun, ternyata ada sebuah lemari besi milik kerajaan Siak Sri Indrapura, Riau, yang tidak pernah bisa dibuka hingga saat ini.

Lemari Besi Kerajaan Sri Indapura Riau Menanti Juru Pembukanya

Pantauan detikcom di istana Kerajaan Siak Sri Indrapura, kabupaten Siak, Riau, Jumat (9/11/2012), sebuah istana berwarna kuning gading yang telah berdiri ratusan tahun disebut-sebut menyimpan harta tak ternilai baik materil maupun imateril. Uniknya, dibalik keindahan benda-benda yang dipamerkan ada sebuah lemari besi besar yang kokoh dan tidak bisa dibuka.

Lemari besi yang tersimpan secara terbuka di bagian belakang istana berwarna hitam dengan ukuran 0,5 x 1,2 meter tampak biasa saja. Di balik dinginnya lemari yang knopnya telah dibongkar dan berbobot sekitar 300 kilogram tersebut ternyata tidak pernah bisa dibuka.


"Tidak pernah dibuka karena kuncinya dibuang ke laut oleh Sultan Syarif Khasim II Siak yang terakhir, waktu menjadi penasehat Presiden Soekarno, tahun 1945-1950," kata pemandu rombongan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan bernama Udin saat melihat-lihat museum kebanggaan warga Siak tersebut.

Udin menjelaskan keturunan kerajaan Siak berhenti pada Sultan Syarif Khasim II, walau punya dua isteri dan dua selir. Entah karena alasan apa, Sultan membuang kunci tersebut dibuang ke sungai Siak yang terkenal sangat dalam.

"Sultan terakhir tidak punya keturunan, baik dari 2 permaisurinya maupun 2 selirnya, jadi ada 4 tidak ada keturunannya," ujar Udin.

Udin mengisahkan lemari besi tersebut pernah di bawa ke Jakarta dan akhirnya dipulangkan ke tanah Riau untuk mengambil kuncinya. Namun dalam perjalanan ke tanah Riau, Sultan membuang kunci tersebut.

"Saat hendak mengambil kunci di Siak dari Jakarta, itulah Sultan membuangnya ke sungai," ujar Udin.

Kisah menarik terkait lemari besi tersebut juga disampaikan oleh kepala rumah tahanan Siak yang telah bertugas selama 1 tahun bernama Hensah. Beragam cerita selama ia bertugas di Siak tentang lemari besi tersebut sangatlah tak masuk akal.

"Jadi sudah diupayakan oleh pihak keturunan kerajaan maupun pemda Siak untuk membuka brankas tersebut dengan mendatangkan ahli kunci dan orang pintar. Namun, segala upaya yang mereka lakukan tidak ada satu pun yang bisa membuka," ujar Hensah.

Hensah menjelaskan lemari besi tersebut telah dibor, dilas, dicongkel, bahkan didoakan, namun tidak ada yang bisa membukanya. "Bahkan ada cerita satu orang pintar yang terpental saat mendoakan lemari besi tersebut menyisakan retakan di salah satu dinding istana," papar Hensah.

Sayembara untuk siapa saja yang mampu membuka dan mengungkap rahasia di balik lemari besi tersebut telah ada sejak tahun 1950an dan masih berlaku hingga kini. Namun, upaya dengan menggunakan bahan peledak sangat dihindari mengingat usia benda-benda misterius di dalam lemari besi tersebut.

"Sampai sekarang pemerintah masih memberlakukan sayembara kepada siapa pun yang bisa membuka brankas tersebut. Isinya ya bisa saja aset nasional di negeri seberang atau misteri penyerahan kedaulatan NKRI, tapi saya tidak tahu juga," ujar Hensah.

Rombongan Ditjen PAS Kemenkum HAM yang datang bersama para wartawan dari Jakarta tampak sangat tertarik dengan kisah lemari besi yang tidak bisa dibuka tersebut, termasuk Direktur Jenderal Pemasyarakatan Sihabudin yang tampak mengetuk-ketuk lemari tersebut dan berfoto bersama lemari tersebut. Lemari besi itu kini menunggu orang yang tepat yang mampu mengungkap harta nasional bangsa Indonesia tersebut, apakah Anda orangnya?.



Sumber ; Detik
0 komentar

350 Ahli Sejarah Dunia Berkumpul di Solo Ikuti Konferensi IAHA ke-22

Tidak kurang dari 350 ahli sejarah dari 25 negara malam ini berkumpul di Solo. Mereka mengikuti International Association of Historians of Asia (IAHA) ke-22 pada 3-6 Juli 2012. Berbagai tema dan isu akan dibahas bersama, termasuk diantaranya adalah kupasan sejarah tentang klaim perbatasan sebuah negara hingga soal sejarah kesehatan.

350 Ahli Sejarah Dunia Berkumpul di Solo Ikuti Konferensi IAHA ke-22

Acara pembukaan dilakukan di Sasono Hondrowino Keraton Surakarta, Senin (2/7/2012), malam. Pembukaan resmi dilakukan oleh Wakil Menteri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Muslihar Kasim.

Dalam sambutan pembukannya, Muslihar menegaskan kajian-kajian sejarah akan memberikan kontribusi penting dan akan menjadi rujukan dan panduanbagi perkembangan peradaban di Asia yang semakin maju seiring perkembangan teknologi. Diharapkan ide-ide dan penemuan-penemuan baru di bidang ilmu budaya, termasuk ilmu sejarah akan mampu mengimbangi kemajuan teknologi.
 


Direktur Sejarah dan Nilai Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Endjat Djaenudrajat, mengatakan tema IAHA ke-22 adalah 'remembering the past, experiensing the present, exploring the future'. Tema besar tersebut selanjutnya akan dibagi menjadi delapan subtema.

Untuk membahas delapan subtema tersebut, sekitar 80 makalah akan disajikan oleh para sejarawan dari berbagai belahan dunia tersebut yang akan disampaikan di Sahid Jaya Hotel, Solo. Khusus untuk subtema sejarah perbatasan dan sejarah kesehatan, menurut Endjat, baru pada IAHA ke-22 ini dibicarakan untuk dielaborasi.

"Pertemuan ini memang bukan forum pengambilan keputusan antar negara, namun untuk pertama kalinya akan membahas masalah perbatasan negara yang kerap kali menjadi penyebab konflik ketegangan dua negara bertetangga. Akan dibahas misalnya, apakah benar wilayah yang diklaim negara tertentu sebagai tapal batas dulunya pernah didiami nenek moyangnya," ujar Endjat.

Sejarah kesehatan juga mulai menjadi perhatian dunia seiring dengan meningkatnya perhatian warga dunia mengenai hidup sehat dan perhatian tentang penyakit-penyakit yang menyerang manusia dari jaman ke jaman.

Ratusan ahli sejarah tersebut tidak hanya datang dari negara-negara Asia. Dari catatan yang ada mereka berasal dari 25 negara diantaranya dari Australia, India, Bangladesh, Brunei Darussalam, Kanada, Cina, Jerman, Iran, Jepang, Malaysia, Nigeria, Belanda, Korea Selatan, Srilangka, Sweden, Taiwan, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Vietnam, Indonesia dan lain-lainnya.


Sumber : global-review
0 komentar

Kopi Kegemaran Sufi, Melalui Islam Menyebar ke Seluruh Dunia

Kaum Muslim memainkan peran penting dalam mentransfer ide-ide baru terkait sains dan teknologi, juga berbagai aspek kehidupan lain, seperti seni, sastra, hingga kuliner. Tradisi minum kopi, misalnya, juga berasal dari dunia Islam.

Kopi Kegemaran Sufi, Melalui Islam Menyebar ke Seluruh Dunia
 

Sebuah manuskrip tentang budaya Muslim di abad ke-15 menyebutkan, kopi mulai dikenal dalam budaya umat Islam pada sekitar tahun 1400. Kopi itu dibawa masyarakat Yaman dari Ethiopia. Orang Afrika, terutama Ethiopia, telah mengenal kopi sejak tahun 800 SM.  Saat itu, mereka mengonsumsi kopi yang dicampur dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh.

Sumber lain, yakni kesaksian dari ilmuwan Muslim terkemuka, Al-Razi dan Ibnu Sina, menyatakan kopi telah dikenal di kalangan umat Islam pada awal abad ke-10. Minuman ini pertama kali dinikmati dan dibudidayakan oleh masyarakat Yaman. Mereka menyebut minuman kopi sebagai al-Qahwa. Konon, peminum pertama kopi adalah kaum sufi yang menggunakannya sebagai stimulan agar tetap terjaga selama berzikir pada malam hari.


Dari Yaman, keharuman kopi merebak ke berbagai kawasan di sekitarnya, lalu ke Eropa, Amerika, dan akhirnya mendunia. Para pelancong, peziarah, dan pedaganglah yang membawa kopi melanglang buana.

Abd-Al-Qadir Al-Jaziri dalam bukunya Umdat Al-Safwa (Argumen Penggunaan Kopi) memerinci tentang bagaimana kopi mencapai Kairo, Mesir. Dikatakan, pada pertengahan abad ke-16, kopi dibawa oleh para siswa Al-Azhar berkebangsaan Yaman untuk meningkatkan stamina mereka. Dari kalangan terdidik Al-Azhar, kopi segera memasuki jalan-jalan, toko-toko, dan rumah tinggal di kota itu.

Sebelumnya, yakni pada awal abad ke-15, kopi telah mencapai Turki. Warung kopi pertama di negeri ini berdiri pada 1475 di Istanbul. Namanya, warung kopi Kiva Han.

Dalam bukunya, Al-Jaziri sekaligus menanggapi perdebatan agama tentang manfaat dan boleh-tidaknya minum kopi di bawah hukum Islam. Ini adalah dokumen tertua tentang sejarah, penggunaan, dan manfaat minum kopi di dunia Islam. Setelah melewati perdebatan panjang,  kopi pun menjadi minuman tersohor di Makkah dan Madinah.

Dari interaksi para peziarah dan pedagang tadi, kopi kemudian menyebar ke luar kalangan Muslim. Penyebarannya di Eropa dimulai pada abad ke-17 melalui kota-kota terkemuka, seperti Venesia, Marseilles, Amsterdam, London, dan Wina. Hal ini tentu saja berimbas pada nilai ekspor kopi Yaman yang melonjak tajam. 



Sumber : indhie
0 komentar

Anak Muda Kini Mulai Menyukai Keris

Mari singkirkan sejenak cerita keris sebagai benda pusaka yang identik dengan mitos dan tuah, serta hanya digemari segelintir orang tua. Mari kita gali cerita anak-anak muda yang tertarik dan mulai hobi mengoleksi keris.
Anak Muda Kini Mulai Menyukai Keris

Tersebutlah Unggul Sudrajat, kelahiran Yogyakarta, 6 Agustus 1987. Sejak kecil keris telah lekat dengan kesehariannya. Kebetulan orang tua dan kakeknya penggemar benda pusaka tersebut. “Orang tua punya hobi dengan keris,” kata Unggul kepada Tempo, Kamis lalu.

Hanya, kata Unggul, orang tua dan kakeknya menikmati keris sebatas sisi mistisnya. Sedangkan Unggul lebih tertarik mencari sisi rasional dari keris. Ia pun mencari tahu banyak tentang seluk-beluk keris, mulai sisi historis, antropologis, hingga sosiologisnya.


Unggul juga sempat tinggal bersama Haryono Guritno, kolektor keris dan  penulis buku Keris Jawa, Antara Mistik dan Nalar. “Diajari dari awal sampai akhir, seluk-beluknya dari sisi rasional,” ujarnya. “Ternyata keris itu warisan budaya yang sangat hebat.”

Dari sanalah Unggul tergoda memiliki keris. Sampai hari ini terhitung sudah ada delapan keris yang dipunyainya. Di antaranya adalah keris dengan daphur (bentuk atau tipe bilah keris) Jalak Sangu Tumpeng dan Tangguh Mataram Sultan Agung. Keris itu bahkan dijadikan sebagai mahar pernikahannya. “Harga keris yang saya punya sekitar Rp 4-10 juta,” katanya.

Meski telah mengoleksi keris, Unggul tidak menjalani ritual seperti banyak  dilakukan para pencinta keris, misalnya memandikan benda pusaka itu saban tanggal tertentu. Bagi dia, hal itu sudah kurang rasional. Untuk penyimpanannya juga tidak diberikan tempat khusus. “Paling-paling saya hanya membersihkan dan memberinya minyak biar enggak rusak,” ujarnya.

Kini, setelah memiliki beberapa keris, Unggul juga tertarik mengulik soal keris, terutama dari sisi industri budaya. Tahun ini, peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini dengan dua temannya bertolak ke Sumenep, Madura, untuk melihat 422 perajin keris. Di sana, perajin yang tergabung dalam sebuah paguyuban itu sudah mengekspor keris hingga ke Eropa.

“Dan begitu saya ke Sumenep, melihat perajin keris, persepsi keris itu irasional, mistik, dan hanya untuk orang tua terbantahkan karena sudah jadi sumber perekonomian mereka, baik yang muda maupun yang tua,” tuturnya.

Menurut Unggul, agar dilirik anak muda, keris yang identik sebagai benda keramat harus dikesampingkan. Yang harus ditekankan adalah aspek keindahan keris dari motif hingga lekukannya. “Awalnya orang melihat dulu indahnya, baru nanti tertarik pengin tahu apa maknanya,” ujar pria yang kini tengah membuat buku tentang keris bersama teman-temannya itu.

Cara lain yang bisa dipakai adalah memasukkan gambar yang digemari anak muda saat ini. Media foto dan kaus bergambar keris juga bisa dipakai untuk mengakrabkan keris di kalangan anak muda. ”Misalnya anak kecil doyan sosok Naruto, nah, simbol itu dimasukkan ke dalam keris biar kesan menyeramkan jadi hilang,” katanya.

Pendapat senada dilontarkan Gilang Tri Subekti, 24 tahun, anak muda yang juga mulai tertarik pada keris. “Kalau ujug-ujug kita dikenalin pertama langsung apa itu pamor, warangka, saya sendiri juga enggak akan tertarik,” ujarnya.

Berbeda dengan Unggul, Gilang awalnya tidak mengetahui apa pun soal keris. Ia hanya tahu keris itu identik dengan mistik dan juga mitos yang mengelilinginya. Di mata dia, dulunya keris juga hanya sebatas benda pusaka yang digemari para orang tua. “Saya orang Jawa, tapi enggak tahu apa-apa soal keris,” katanya.

Namun, sekarang mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu sudah kesengsem pada keris. Meski belum memiliki keris, Gilang punya cara sendiri untuk menikmati keris, yakni melalui medium foto. “Saya suka motret. Bukan hanya keris, tapi melihat perajin ketika membuatnya,” ujarnya.

Unggul dan Gilang hanya sedikit dari anak muda yang tertarik pada keris. Mereka ingin menularkan kecintaan terhadap keris kepada anak muda lainnya. ”Selain menjadikannya hobi, kami mau coba membangun kesadaran teman-teman bahwa keris itu warisan budaya kita yang harus dijaga,” kata Unggul.



Sumber : Tempo
0 komentar

Logitech Luncurkan “Mouse” Bertema Budaya Indonesia

Bertepatan dengan momen-momen kebangsaan Republik Indonesia yakni Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI 17 Agustus, Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November, Logitech melibatkan pelanggannya untuk berpartisipasi dalam menciptakan desain corak atau ornamentasi untuk produk mouse Logitech bertema budaya Indonesia.

Mouse terbaru yang dirilis Logitech (Foto: Rudi)
Mouse terbaru yang dirilis Logitech (Foto: Rudi)


Ajang kreativitas yang diumumkan melalui akun media sosial Logitech Indonesia tersebut telah menarik minat ratusan partisipan dengan karya-karya kreatifnya.

“Logitech dengan produk-produknya yang beragam dan mendukung aktivitas penggunanya sehari-hari telah menjadi bagian dari gaya hidup yang tidak terpisahkan lagi. Sebagai atribut keseharian penggunanya, bentuk dan tampilan yang memikat menjadi sesuatu yang penting dalam mendukung aktualiasasi diri penggunanya,” tutur Kurniadih Sutanto, Country Manager Logitech Indonesia kepada LICOM, Jumat (16/11/2012).


“Logitech sejak awal telah memahami hal tersebut dan untuk itu telah diciptakan beragam produk, mulai dari mouse, keyboard, headset hingga speaker dengan desain yang tidak saja inovatif namun juga keren tampilannya,” tambahnya.

Menurut Kurniadih, salah satu jenis produk Logitech yang selalu tampil gaya adalah produk mousenya. Selain menonjolkan desain bentuk dan warna, pihaknya memproduksi mouse dengan corak menarik yang merupakan rancangan karya desainer-desainer ternama dunia yakni Logitech Wireless Mouse M235 Black Topography dan Pink Splash.

“Mouse Logitech dengan desain stylish, pop maupun elegan, pada akhirnya menjadi salah satu statement penting bagi penggunanya untuk aktualisasi maupun citradiri,” kata mantan wartawan IT.

Desain-desain menarik pada rangkaian mouse Logitech, kata Kurniadih, mendorong pihaknya untuk memberikan tantangan kepada penggunanya di Indonesia untuk turut serta membuat desain ornamentasi yang dapat diaplikasikan pada mouse Logitech.

Dalam ajang kompetisi bertajuk “Logitech Ekspresikan Indonesiamu”, ratusan karya bertema budaya Indonesia diciptakan oleh para peserta dari usia 15 hingga 40 tahun. Motif Batik dan Wayang menjadi tema desain yang banyak dikreasikan oleh para peserta. “Budaya Minang, tari-tarian daerah, hingga karapan sapi juga menginspirasi para peserta dalam membuat karyanya,” kata Kurniadih.

Desain bertema ‘Semangat Kemerdekaan’ karya Unggul Prasetyo dari Surabaya mendapatkan gelar desain terbaik pertama, disusul karya Galih SK dari Denpasar dengan tema ‘Gatotkaca’ sebagai peraih peringkat kedua, dan karya dari Ketut Adhi Apriana dari Denpasar bertema ‘Classic Outside but Modern Inside’ yang meraih peringkat ketiga desain. 


Sumber : Lensa Indonesia
0 komentar

Mengungkap asal usul Patih Gajah Mada yang misterius

Keberadaan dan asal-usul pahlawan yang kondang dengan Sumpah Palapa ini masih menjadi misteri bagi semua orang. Bahkan para ahli sejarah pun belum menemukan kata sepakat dimana dia dilahirkan. Dimana dia dibesarkan sampai bagaimana sosok Patih Gajah Mada menghabiskan masa tuanya sampai saat ini menjadi tanda tanya besar. Serta menjadi teka-teki sejarah yang belum terpecahkan.

Mengungkap asal usul Patih Gajah Mada yang misterius
foto : situs-lakalaka.blogspot.com

Ada bahasan menarik yang disampaikan oleh sastrawan Anuf Chafiddi atau sering dipanggil Viddy AD Daery dalam makalahnya dalam Seminar Sesi II tentang Kontroversi Gajah Mada dalam Perspektif Fiksi dan Sejarah di Borobudur Writers & Cultural Festival 2012 di Manohara Hotel, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jateng Senin (29/10).

Secara tegas dirinya memberikan judul dalam makalahnya; "Foklor Mengenai Gajah Mada Lahir di Modo, Lamongan" yang artinya menyatakan dirinya yakin bahwa Gajah Mada dilahirkan, besar dan mati di Lamongan, Jatim.


"Gajah Mada pahlawan maha besar nusantara itu lahir di wilayah Lamongan, Jawa Timur? Untuk menjawab pertanyaan itu akan menimbulkan berbagai macam jawaban kalau ditanyakan ke banyak orang. Namun kalau ditanyakan kepada saya. Jawaban saya adalah betul," ungkap Viddy.

Ada lima alasan yang menjadikan Viddy yakin bahwa Gajah Mada berasal dari Lamongan, Jatim. Alasan itu di antaranya, di daerah Desa Modo dan sekitarnya termasuk Desa Pamotan, Desa Ngimbang, Desa Bluluk, Desa Sukorame dan sekitarnya tersebar foklor atau cerita rakyat. Dongeng dari mulut ke mulut mengisahkan bahwa Gajah Mada adalah kelahiran wilayah Desa Modo.

Kelima desa itu merupakan daerah ibu kota sejak didirikan jaman Kerajaan Kahuripan Erlangga. Bahkan anak cucu raja juga mendirikan ibu kota di situ. Alasanya strategis alamnya bergunung-gunung, bagus untuk pertahanan dan dekat dengan Kali Lamong cabang Kali Brantas. Selain itu ada jalan raya Kahuripan-Tuban yang dibatasi Sungai Bengawan Solo di Pelabuhan Bubat (kini bernama Kota Babat). Ibu kota ini baru digeser oleh cicit Airlangga ke arah Kertosono-Nganjuk.

Kemudian baru di zaman Jayabaya digeser lagi ke Mamenang, Kediri. Selanjutnya oleh Ken Arok, digeser masuk lagi ke Singosari. Baru kemudian oleh R Wijaya dikembalikan ke arah muara yaitu ke Tarik. Namun, anaknya yang akan dijadikan penggantinya yakni Tribuana Tunggadewi diratukan di daerah Lamongan-Pamotan-Bluluk lagi yaitu di Kahuripan alias Rani Kahuripan, Lamongan.

"Ketika Gajah Mada menyelamatkan Raja Jayanegara dari amukan pemberontak Ra Kuti, dibawanya Jayanegara ke arah Lamongan yaitu di Badender (bisa Badender Bojonegoro, bisa Badender kabuh, Jombang, keduanya memiliki rute ke arah Lamongan (Pamotan-Modo-Bluluk dan sekitarnya). Itu sesuai teori masa anak-anak dimana kalau anak kecil atau remaja berkelahi di luar desa pasti jika kalah lari menyelamatkan diri masuk ke desa minta dukungan. Di desanya banyak teman, kerabat maupun guru silatnya. Saya kira Gajah Mada juga menerapkan taktik itu,"ungkapnya.

Sebuah situs kuburan Ibunda Gajah Mada, yaitu Nyai Andongsari juga menjadikan Viddy yakin bahwa patih kerajaan jaman Majapahit itu berasal dari Lamongan. Kemudian juga ada situs kuburan yang sampai saat ini menjadi perdebatan dan kontroversial yang diyakini warga sekitar merupakan kuburan patih Gajah Mada. Namun, kuburan itu dalam posisi dan berkarakter kuburan islam.

"Kuburannya menghadap ke arah persis sebagaimana kuburan orang Islam. Kalau misalnya hal ini benar maka wajar saja masa tua Gajah Mada tidak ditulis di babad-babad atau kitab kuno. Sengaja disisihkan atau dihapus dari sejarah karena Gajah Mada mungkin dianggap 'murtad' atau semacam itu," jelasnya.

Arkeolog sekaligus sejarawan Fakultas Sejarah Universitas Indonesia (UI) Agus Aris Munandar menyatakan secara arkeologis belum ditemukan data tentang asal muasal dan keberadaan pasti Gajah Mada. Bahkan beberapa temuan prasasti-prasasti yang menyinggung tentang cerita Gajah Mada belum dan tidak bisa digunakan untuk penelitian dan memastikan benang merah sejarah cikal bakal Gajah Mada itu sendiri.

"Beberapa data soal keberadaan Gajah Mada yang belum digunakan. Data Gajah Mada secara arkeologis tidak ada. Yang ada nanti jika digunakan menjadi tafsir di atas tafsir. Prasasti yang terabaikan itu diantaranya: Prasasti Gajah Mada di situs Candi Singosari (Tahun 1351 M), Prasasti Relief Mahameru (Pawitra) yang menjelaskan Mahameru sebagai titik asis mundi.

Kemudian penemuan Candi Tikus di situs Trowulan yang gayanya mirip Candi Singosari. Mungkinkah Candi Tikus diperintah Gajah Mada untuk dibangun.

"Candi Kepung 7 meter di muka tanah sangat dekat dengan Candi Tikus di Kepung Kediri. Ada lagi Prasasti Hemadwalandit, Prasasti Bendodari (Tahun 1360 M),"tuturnya.

Agus Aris menyatakan karena tidak ada bukti arkeologis yang ditemukan terkait keberadaan dan cikal bakal Gajah Mada dan saking menariknya tokoh yang satu ini, banyak sekali daerah yang sampai mengklaim secara lisan bahwa di daerah mereka merupakan asal muasal maupun tempat meninggalnya Gajah Mada.

"Ada yang mengakui bahwa Gajah Mada dari Buton, Gajah Mada dari Wange-wange Bali. Ada yang bahkan mengatakan bahwa Gajah Mada adalah keturunan pasukan Tor-Tor,"ungkap Agus Aris Munandar.

Sampai saat ini, penelitian Arkeologi belum berhasil menemukan jati diri, sosok Gajah Mada yang seutuhnya. Sebab dari arkeologi sejarah, mempunyai peringkat validitas data.

"Data primer, data sekunder dan data tertier. Berita- berita dari mulut ke mulut (folklor) itu, menurut Aris itu merupakan data tersier dan bersifat negatif. Data primer prasasti itu mutlak dan dibuat pada jamanya. Prasasti dengan angka tahun dihargai dengan angka tahun. Data pendukung: zaman, bergeser. Negarakertagama lebih valid dari Pararathon. Ada peringkat yang tidak bisa kami tabrak begitu saja. Silahkan multi tafsir nanti akan diperbaiki," kata Agus.



Sumber : Merdeka
0 komentar

Indonesia Masa Kini merupakan Masa Depan Majapahit

Gambaran Indonesia masa kini memiliki bukti dan kaitan erat dengan masa depan Majapahit sebagai sebuah peradaban besar berusia 300 tahun dari abad ke-12 hingga 15.

GUNAWAN/INFOGRAFIS KOMPAS
Gambaran umum konsep pemerintahan dari masa ke masa, kompleksitas perwilayahan Majapahit masa lalu, aturan dan kekuatan dalam menjaga kompleksitas perwilayahan Majapahit, memberi gambaran bahwa Majapahit sebagai leader di Asia sesuai masanya.
 

Artinya, gambaran Indonesia masa kini bisa diacu sebagai bentuk dari peradaban Majapahit pada zamannya, sebagai peradaban dengan keunggulan pencapaian budaya di satu pihak, tetapi juga dengan kepahitan gambaran tragis suksesi, perubahan politik, penaklukan, dan perang hegemoni.

Demikian antara lain yang disampaikan sejarawan arkeolog Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang, Deni Yudo Wahyudi, dalam seminar bertema "Memperingati Delapan Abad Kerajaan Majapahit", pekan lalu. Hadir juga Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia Prof Dr Agus Aris Munandar dan Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada Timbul Haryono.


Mempelajari sejarah Majapahit bisa menjelaskan kerumitan hasrat kekuasaan Indonesia mutakhir dan sebaliknya. Gambaran kompleks Majapahit paling tidak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kajian sejarah, perbandingan dengan masa-masa sebelumnya serta refleksi fondasi masa kini.

"Sangat boleh jadi kita bisa memperkirakan masa depan Indonesia dengan memahami dialektika sejarah Majapahit yang, meski gilang gemilang dengan segenap kejayaannya, juga menyimpan kepahitan," katanya.

Guru Besar Sejarah UI Agus Aris Munandar mengungkapkan, Majapahit secara kualitatif bisa dilihat dengan tiga penampakan, yakni, pertama, peradaban Majapahit yang nyata terbuka (overt Majapahit civilization) yang dapat disaksikan sebagai bentukan fisik.

Kedua, peradaban Majapahit yang tidak secara nyata terbuka (covert Majapahit civilization), yakni sistem politik, kebiasaan, budaya yang tak tampak.

Ketiga, peradaban Majapahit yang bersinambung (continuity of Majapahit civilization), yakni bentuk peradaban yang bisa ditemukan sebagai kelanjutan pra-Majapahit (Airlangga abad ke-11, Kediri abad ke-12, dan Singasari abad ke-13) dan berlanjut pada masyarakat Jawa Kuno pasca-Majapahit (Demak abad ke-15) .

Sebagaimana halnya Majapahit merupakan produk berkesinambungan, demikian pula Indonesia juga bukan produk yang berdiri sendiri dalam lembaran sejarah, melainkan lanjutan sejarah sebelumnya.

Guru Besar Sejarah UGM Timbul Haryono menjelaskan, warisan budaya kerajaan Majapahit masih memiliki nilai relevansi tinggi bagi kehidupan masa kini. Karya budaya akan memiliki tiga macam kemanfaatan, yaitu ideologis, edukatif, dan ekonomis.

Nilai ideologis bermakna bahwa warisan budaya masa Majapahit bagi masyarakt kini merupakan sebuah kebanggaan sebab dalam warisan budaya tersebut terdapat nilai-nilai luhur.

Nilai ekonomis dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi melalui sektor pariwisata.

"Nilai edukatif mendorong munculnya pesan-pesan edukatif karena artefak tampak dan tak tampak warisan Majapahit pada hakikatnya mengandung message yang ingin disampaikan oleh seniman sebagai sender kepada masyarakat sebagai receiver," katanya. 



Sumber : Kompas
0 komentar

Pejabat Majapahit banyak yang memeluk beragama Islam

Situs Tralaya merupakan sebuah komplek pemakaman Islam yang berada di pusat lokasi peninggalan kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Ciri khas keislaman situs tersebut ditunjukkan dengan adanya tulisan Arab di beberapa nisannya yang berupa kalimat tauhid, ayat-ayat Al-Qur'an maupun doa-doa khas Islam. Situs ini ditemukan dan dikenal sejak abad XIX, dan diakui sebagai salah satu bukti eksistensi penganut agama Islam di zaman Majapahit.

situs peninggalan majapahit
Makam di lokasi peninggalan kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur

Tidak hanya itu, orang-orang yang dimakamkan di tralaya tersebut diyakini sebagai para pejabat istana Majapahit. Hal itu dibuktikan dengan letaknya yang berdekatan dengan lokasi yang diduga sebagai pusat kerajaan Majapahit. Di samping itu, pada nisan-nisan Tralaya dipahatkan Surya Majapahit, yang disebut-sebut sebagai lambang dinasti Majapahit. Hal tersebut sangat memungkinkan, mengingat lambang dinasti kerajaan tidak boleh sembarangan digunakan oleh penduduk biasa. Angka tahun yang tertera pada nisan-nisan tersebut, yaitu 1368 hingga 1611, juga menjadi pendukung kuat dugaan tersebut bahwa sebagian mereka hidup di masa keemasan Majapahit.


Intinya, dari penelitian sementara terhadap komplek pemakaman Tralaya dapat disimpulkan bahwa situs pemakaman tersebut adalah bukti sejarah yang menunjukkan bahwa umat Islam telah eksis di zaman Majapahit. Mereka tidak hanya menjadi penduduk biasa, tetapi mampu menjadi pejabat di istana yang tentunya sedikit banyak berperan aktif di dalamnya.

Orientalis Menolak
Ketika masih baru ditemukan, hampir semua orientalis meragukan keaslian nisan-nisan Tralaya. Bahkan mereka menolak mentah-mentah kaitan situs tersebut dengan kerajaan Majapahit. Sebut saja L.W.C. van den Berg yang meragukan keaslian data epigrafi Arab pada nisan-nisan Tralaya tersebut. Dalam laporannya tertanggal 1/2/1887, Ia dengan tegas meragukan keaslian tulisan makam tersebut karena tulisan Arabnya kasar dan banyak salah tulis. Menurutnya, inskripsi Arabnya sengaja ditambahkan kemudian pada artefak yang berisi tahun Saka tersebut.

Pendapat lain dikemukakan oleh Veth yang memerkirakan bahwa nisan-nisan tersebut berasal dari batu-batu candi. Artinya, ia tidak hanya meragukan keaslian tulisannya tetapi juga meragukan keaslian makam tersebut yang kemungkinan hanya batu-batu yang sengaja ditulis Arab dan disusun sedemikian rupa. Dan, pendapat yang paling ekstrim disampaikan oleh N.J. Krom yang menegaskan bahwa situs Tralaya tidak mempunyai nilai Arkeologis sama sekali.

Tidak mengherankan jika para orientalis tersebut berpendapat seperti itu karena dalam benak mereka kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Budha dan sekaligus Jawa yang tidak ada kaitannya dengan Islam. Di samping itu, mereka tidak yakin umat Islam yang kuantitasnya sangat kecil pada saat itu mampu ikut andil dalam kerajaan Majapahit. Dan, yang lebih penting, memang karakter dari para orientalis terkesan selalu mendiskreditkan eksistensi serta peran umat Islam di Nusantara, sebagaimana ditegaskan oleh Al-Attas.

Pendapat para orientalis tersebut mulai berubah setelah L.C. Damais memublikasikan hasil penelitiannya terhadap situs Tralaya pada tahun 1957.[4] Hasil penelitiannya tersebut tidak hanya mengritisi pendapat-pendapat pendahulunya, tetapi juga mengungkap fakta menarik yang menyangkut proses interaksi budaya Islam dan Jawa pada masa itu. Kajian epigrafis terhadap huruf Jawa Kuno yang dipahatkan pada nisan di Tralaya maupun situs Trowulan dan sekitarnya menunjukkan adanya kesesuaian dengan unsur paleografis huruf Jawa kuno dari periode akhir abad XV. Kesimpulan Damais tersebut didasarkan atas studi huruf Jawa Kuno dalam konteks nisan makam Tralaya. Ini berarti tulisan yang terpahat pada nisan-nisan Tralaya memang asli dan bukan tulisan baru sebagaimana dituduhkan Berg sebelumnya.

Lebih lanjut, Damais membuktikan telah terjadi saling pengaruh antara kebudayaan Jawa dengan Islam pada abad XV. Kajian tentang huruf yang terdapat pada makam Tralaya menunjukkan bahwa bentuk angka Jawa kuno dipengaruhi oleh bentuk tulisan Arab yang serba tebal dan besar. Termasuk gaya tulisan Arab pada nisan-nisan Tralaya merupakan suatu variasi kaligrafi yang berciri lokal dan tidak sama dengan gaya tulisan kaligrafi di Timur Tengah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Berg dan orientalis lainnya kebingungan dengan bentuk-bentuk huruf tersebut, karena tidak sesuai dengan standar penulisan kaligrafi di Timur Tengah.

Menariknya, kesalahan penulisan Arab pada nisan Tralaya bukan satu-satunya kasus yang terjadi. Hal itu terjadi hampir di semua penulisan Arab pada masa itu, termasuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa. Penyebabnya tidak lain karena penulisnya adalah seorang Muslim Jawa atau "Pribumi" yang bukan dari kalangan ulama atau penutur bahasa Arab yang mahir. Tidak mengherankan jika penulisan teks Arab pada nisan-nisan tersebut dianggap salah oleh para peneliti seperti Berg.

Padahal, menurut Habib Mustopo, dalam menulis kutipan berbahasa Arab, Muslim-Jawa sering menulis berdasarkan bunyi fonemnya dan bukan sesuai kaidah penulisannya. Menurut dia, hal ini sudah berlaku secara umum bahwa penulisan bahasa Arab telah mengalami perubahan fonem menurut ucapan Jawa. Ia mencontohkan dalam naskah berbahasa Jawa terdapat kutipan "huwa napiyyullutallak" seharusnya huwa 'Inafyu' I-mutlaq.[6] Dalam dalam Serat Praniti Wakja Djangka Djojobojo terdapat kata "lochil ma'pule" untuk mengatakan "lauh al mahfudz".[7] Bahkan dalam Serat Centini sekalipun terdapat kata "holomodin" untuk menyebut kitab Ihya' Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali.

Setelah muncul dan berkembangnya pusat-pusat studi keislaman yang diwakili oleh pesantren-pesantren, barulah penggunaan bahasa Arab mulai marak dan menuju ke arah yang semakin baku. Untuk memermudah menyalin fonem beberapa huruf Arab ke dalam huruf Jawa ditambahkanlah tanda diakritik untuk huruf-huruf Jawa tertentu. Termasuk sebaliknya, ketika huruf Arab mulai digunakan untuk menulis manuskrip dalam bahasa Jawa, huruf Arab itupun ditambah dengan tanda diakritik yang dapat menampung fonem bahasa Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya, tulisan-tulisan dengan karakter seperti ini disebut dengan tulisan Arab pegon yang masih digunakan di pesantren hingga sekarang.

Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Situs Tralaya merupakan bukti otentik adanya komunitas Muslim di masa kejayaan Majapahit.

2.Komunitas Muslim yang dimakamkan di situs Tralaya adalah orang-orang dekat istana, baik para pejabat istana Majapahit maupaun keluarganya.

3.Tuduhan sebagian orientalis terhadap keaslian situs Tralaya terbantahkan dengan penelitian LC Damais yang membuktikan bahwa nisan-nisan di Tralaya adalah asli berdasarkan kajian epigrafi.

4.Terjadi interaksi damai antara budaya Islam dengan Jawa pada masa-masa awal kedatangan Islam di Jawa.

Oleh: M. Masykur Ismail, Sidoarjo
Jurnalis InPAS & anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur



SUmber : Asalasah
0 komentar

Uniknya Tarian Sisemba, Tradisi Adu Kaki di Tana Toraja

Tarian ini bermakna sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang berlimpah. Dalam tarian ini, warga yang merasa terhibur memberikan uang (sawer) sebagai tanda kegembiraan dan terimah kasih. sementara itu, sebagian warga menggelar tradisi ma’lambuk atau menumbuk padi. Dalam tradisi ini, kaum pria memukul lesung dengan irama tinggi, diikuti gerakan menyerupai tarian serta teriakan khas Toraja. Warga setempat meyakini, jika irama ketukan lesung dapat mengusir hama padi. Semakin tinggi irama ketukan, maka semakin banyak hama yang diusir.

Uniknya Tarian Sisemba
Tarian Sisemba (all foto : zeus/ Viva Forum)
 
Dan, yang paling unik adalah tradisi aksi adu kaki “sisemba” atau baku tendang, yang lebih terlihat seperti tawuran massal.Pasalnya, warga dari kampung tetangga, saling berhadap hadapan untuk melumpuhkan, dengan cara beradu kaki “tendang” secara massal. Bagi peserta yang jatuh, maka lawan tidak lagi diperbolehkan menyerang. Ada cara yang digunakan agar tidak mudah jatuh, mereka saling berpegangan tangan sambil menyerang dengan tendangan kaki.

Tak heran jika banyak warga yang mengalami cedera, mulai dari keseleo hingga luka terbuka akibat kerasnya tendangan lawan. Namun, jika ada peserta yang sudah dianggap terlalu kasar, maka para tokoh adat segera memisahkan mereka. walaupun terlihat kasar dan keras, namun warga yang saling tendang di lapangan bebas, tidaklah membawa dendam hingga keluar arena. Usai "sisemba", mereka bubar dan kembali akrab.


"Tradisi sisemba ini bukanlah permainan anarkis, namun tradisi ini adalah sebuah keharusan warga setempat demi mendapatkan hasil panen yang berlimpah ditahun akan datang. Pasalnya, jika tidak melaksanakan tradisi sisemba, maka diyakini akan berakibat gagal panen," tutur Isac Padangsulle, selaku tokoh adat Kande Api

“Pernah di suatu waktu, tradisi warisan nenek moyang ini tidak digelar, dan saat itu warga mengalami gagal panen, yang disebabkan serangan hama, dan digelarlah kegiatan tumbuk lesung, yang bertujuan mengusir hama," ungkap Isac. Bisa terlihat, tradisi warisan leluhur ini, sangatlah diyakini akan membawa berkah dengan berlimpahnya hasil panen padi. Lumrahlah jika hingga saat ini warga Desa Kande Api, masih melestarikan tradisi sisemba. (zeus).


Uniknya Tarian Sisemba

Uniknya Tarian Sisemba

Uniknya Tarian Sisemba

Sumber : Viva Forum
0 komentar

Suku Cia-Cia, Suku Asli Indonesia yang Menggunakan Tulisan Korea Sejak 1443

Ternyata tidak semua penduduk Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia sebagai sarana tulis menulis. Suku di pedalaman Buton, Sulawesi Selatan, Cia-cia misalnya.

Img : indocropcircles.wordpress.com


Suku Cia-cia yang berada di Kepulauan Buton, Baubau, Sulawesi Tenggara ini memang telah lama menggunakan tulisan Korea atau Hangeul ketika mereka menulis dan membaca.

Suku Cia-cia sebenarnya bisa berbahasa dalam Bahasa Indonesia. Namun awalnya mereka buta huruf sehingga tidak bisa menulis.

Huruf Hangeul yang memiliki 24 karakter diperkenalkan oleh King Sejong pada tahun 1443 untuk menggantikan karakter huruf China di Korea.

Fakta ini menjadi berita besar baik bagi orang Korea sendiri, maupun oleh warga Asia, maupun dunia.


Orang Korea amat bangga dengan kebudayaannya.

Menurut seorang teman yang pernah ke Korea, di sana jarang orang pakai mobil-mobil impor. “Kebanyakan orang Korea pakai mobil Hyundai sebab diproduksi Korea sendiri,” katanya.

Img : indocropcircles.wordpress.com
 
Kebanggaan akan budaya ini menjadi api yang membakar nasionalisme dan menebalkan identitas bangsanya.

Bisa dibayangkan betapa hebohnya orang Korea ketika mengetahui bahwa ada satu etnis kecil di Indonesia, di tengah Pulau Buton, yang belajar alfabet Korea untuk menuliskan bahasanya sendiri. Ini adalah berita besar buat mereka.

Perlu dicatat, hanya alfabet saja yang digunakan bukan bahasanya. Bahasa tetap menggunakan Bahasa Indonesia.


Aktifitas nelayan di salah satu desa / pemukiman suku Cia-Cia di pesisir Pulau Batuatas (blog.daum.net)



Sumber : Indocropcircles
0 komentar
 
Support : Creating Website | T. Raflie Robi Sonata |
Copyright © 2013. Info Kita Saja - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Obyz Pharmacist
Proudly powered by Blogger